“Mas mau menceraikan kedua istrinya?” Liana menatap tidak percaya.
Heru menganggukkan kepalanya “Memang sudah tidak cocok lagi, apalagi sudah tidak merasakan cinta.”
Heru melepaskan penyatuan mereka berdua, menarik Liana kedalam pelukan. Liana membalas pelukan Heru dengan melingkarkan tangannya di perutnya, tangannya yang lain digenggam Heru untuk dicium.
“Istri pertama memang sudah tidak cinta sejak kelahiran anak kedua, apa yang aku lakukan selama ini untuk memuaskan penis ini.” Heru membawa tangan Liana ke penisnya yang kembali berdiri “Istri kedua, sebenarnya kita sudah lama tidak berhubungan badan sejak kamu hamil Ridwan.”
“Mas bertahan karena....”
“Anak, waktu itu masih kecil.” Heru langsung menjawab pertanyaan Liana “Aku tidak pernah membawa mereka ke kampung ini.”
“Masa?” Liana tampak tidak percaya.
Heru tidak menjawab pertanyaan Liana, menarik dagunya dan kembali mencium bibirnya lembut, meletakkan tangan Liana di penisnya dan seakan paham menggerakkannya membuat ciuman mereka semakin dalam. Heru memainkan lidahnya didalam mulut Liana, membalas permainan lidah yang dilakukan Heru membuat ciuman mereka semakin dalam. Heru yang tidak tahan mendorong Liana berbaring, melepaskan tangan Liana dari penisnya dan langsung memasukkannya kembali kedalam vagina Liana yang sekali lagi mengerang dan mendesah atas apa yang dilakukan Heru.
Gerakan Heru semakin cepat dan kasar, bibirnya sesekali mengulum puting Liana dengan gemas tanpa menghentikan gerakan pada penisnya. Liana bisa merasakan gairah Heru kali ini lebih besar dibandingkan sebelumnya, tangan Liana kembali meremas rambut Heru yang sudah berubah warna menjadi coklat.
“Ahh..mas...lebih dalam...oughh...” Liana mengerang dan mengeluarkan desahannya.
“Sayang...ahh...kamu kenapa masih sempit dan menggairahkan padahal sudah melahirkan tiga kali...oughh...”
Heru memasukkan semakin dalam penisnya, mendorong dan menggerakkan diikuti Liana yang menggoyangkan bokongnya membuat Heru mendesah keras. Suara ketukan membuat mereka tersadar dan harus dengan cepat menyelesaikannya, Heru melumat bibir Liana kembali turun ke putingnya memberikan hisapan dalam yang membuat Liana harus mendesah keras.
“Aku keluar...mas...” Liana mengejang dan Heru semakin dalam.
“Mama...bapak...”
“Anak kamu, Sayang.” Heru melumat bibir Liana “Sebentar ya...” Heru teriak membuat Liana memukul dadanya pelan.
“Cepat, Mas. Kasihan Ridwan. Ahh...”
“Aku keluar...ahhh...” Heru mendorong semakin dalam dan sekali lagi benihnya masuk kedalam “Cepat jadi anakku.”
Heru melepaskan penyatuan mereka setelah mencium perut Liana lembut, menatap cairan mereka yang keluar di paha Liana dengan senyum lebar. Perasaan yang selalu hadir setiap kali mereka selesai melakukan hubungan, perasaan yang tidak pernah ada dengan kedua wanita yang pernah mengisi harinya.
Liana mengambil dasternya dan memakai asal, membuka pintu mendapati Ridwan yang memegang mainan mobil-mobilannya dari suaminya. Ridwan tersenyum lebar saat melihat Liana dan langsung mengangkat kedua tangannya untuk digendong, Heru yang sudah berada disamping Liana mengambil tubuh Ridwan untuk digendongnya.
“Habis darimana?” tanya Heru dengan suara lembutnya.
“Main sama teman.” Ridwan mengalungkan tangannya di leher Heru “Ngantuk, mau tidur sama bapak.”
“Ok, tapi sudah makan?” Ridwan menganggukkan kepalanya “Kalau gitu sikat gigi dan cuci kaki tangan dulu.”
Liana hanya diam menatap apa yang Heru lakukan pada anak mereka, selama ini suaminya tidak pernah memperlakukan kedua anak mereka sama seperti yang Heru lakukan pada Ridwan. Mengikuti mereka masuk ke kamar yang ada disamping dalam diam, interaksi mereka memang seperti bapak dan anak.
“Ridwan mau tinggal disini.”
“Kenapa gitu?” tanya Heru penasaran “Mama sama bapak harus kembali kerja.”
“Mama sama bapak kerja tapi Ridwan disini aja sama mbok.”
Heru hanya diam “Memang Ridwan nggak kangen sama kakak-kakak dan papa?” Ridwan menggelengkan kepalanya “Kenapa?”
“Nggak enak disana, temannya dikit.”
Heru mengajak Ridwan tidur setelah semua ritual selesai, Liana memilih meninggalkan mereka dengan masuk kamar utama untuk membersihkan dirinya dari cairan mereka berdua. Langkahnya menuju dapur yang pastinya berbeda jauh dengan keadaannya di kota, Liana menatap hidangan yang dimasaknya tadi masih ada diatas meja.
“Ridwan sudah tidur, sayang.” Heru melingkarkan tangannya di perut Liana dan membelainya pelan “Sayang, bagaimana kalau kamu cerai dari suami? Aku ingin membesarkan Ridwan.”
“Bagaimana dengan pekerjaan kita, Mas?” tanya Liana sambil melepaskan tangan Heru.
“Aku akan konsultasi sama Tigor, lagian aku disini juga ada sawah.”
“Mas harus membiayai anak-anak yang lain.” Liana mengingatkan.
“Kamu pikirkan dulu tentang bercerai dari suami, kalau kamu setuju maka yang lain maka aku yang akan memikirkan jalan keluarnya.”
Cerita sebelumnya Short Story di report oleh orang-orang yang kurang kerjaan, jadi aku buat yang baru.
Lebih lengkapnya kalian bisa baca di Ceriaca atau Akulaku atau Karyakarsa
Join Teleku barangkali aku update cerita ini disana juga
https://t.me/+uWjtFVIiNI0yZWFl atau cari cerita nura
Makasih loh buat yang udah report ☺️

KAMU SEDANG MEMBACA
End You (Short Story)
Historia CortaWarning! Cerita 21+ Harap Bijak dalam Membaca, jangan asal main report