Paul, suami Ayu dari Mantan Terindah. Menceritakan kehidupannya di kota lain setelah dipindahkan dinasnya.
"Selamat datang Pak Paul."
"Terima kasih atas sambutannya semua." Paul menatap mereka satu per satu.
Beberapa minggu di tempat baru masih melakukan proses adaptasi, diberikan tempat tinggal di mess yang tidak hanya berisi para pria saja, tapi juga wanita. Beberapa rekan kerja banyak yang menjalin hubungan terlarang, tapi Paul bertahan dengan prinsipnya yang tidak ingin menyakiti istrinya, Ayu.
"Memang kamu bisa tahan?" tanya Ridwan menatap Paul penasaran.
"Tiga bulan bukan waktu yang lama jadi masih bisa tahan." Paul menjawab penuh keyakinan.
"Kamu tahu kalau janda yang tinggal di pojok itu sering lihatin kamu."
Paul tahu jika janda yang bernama Rida sering mencuri pandang kearahnya, bahkan setiap mereka berbicara Rida menatapnya dengan tatapan memuja, tapi semua itu tidak dipedulikan oleh Paul yang hanya menganggap Rida sebagai teman. Rida sendiri bekerja di sebelah kantornya, pertemuan mereka pastinya sering terjadi secara tidak sengaja atau disengaja oleh Rida.
"Bang Paul," sapa Rida dengan senyum tipisnya "Udah pesan?"
"Masih nunggu antrian," jawab Paul sopan.
Paul membiarkan Rida duduk disampingnya, aroma tubuhnya beberapa kali masuk ke inderanya. Tidak ada yang membuka pembicaraan diantara mereka, makanan yang dipesan datang dan Paul langsung makan.
"Makannya pelan-pelan, bang." Rida menepuk bahu Paul pelan yang membuatnya menatap kearah Rida "Kenapa, bang?" Rida menatap bingung.
"Makan, nggak usah banyak bicara." Paul mengatakan dengan nada tegasnya.
Waktu berjalan dengan cepat, tidak ada perubahan dalam hubungan Paul dan Rida. Ridwan yang berusaha agar Paul melakukan perselingkuhan tidak berhasil, sedangkan Ridwan sendiri sudah menikah secara agama dengan salah satu karyawan yang tinggal disini dan mereka tinggal di rumah dinas.
"Kamu kalau sama Rida nggak perlu tinggal di rumah dinas." Ridwan membuka suaranya yang hanya dijawab Paul dengan gelengan kepala.
"Anis nanti bakal kamu buat hamil?" tanya Paul penasaran.
"Belum tahu, tapi dia nggak konsumsi obat jadi biarkan saja berjalan alami."
"Kamu bagi uangnya gimana?" tanya Paul penasaran.
"Perjanjian pra nikah, aku bilang kalau uang gaji semunya ke istri sedangkan dia dapat sisanya. Memang kenapa? Mau coba sama Rida?"
"Nggak!"
Paul memilih keluar dari tempat tinggalnya, langkah kakinya menuju ke warung terdekat untuk membeli makanan. Menikmati makanan yang dihadapannya dan tidak menyadari jika Rida berada disana, aroma Rida sangat diingat Paul yang membuat matanya seketika mencari keberadaan Rida yang ternyata berada disampingnya.
"Sendirian, bang? Lainnya mana?" tanya Rida dengan sopan.
"Ya, mereka di mess."
Makanan Paul habis bersamaan dengan Rida yang selesai dilayani, mau tidak mau mereka berjalan bersama, tidak ada pembicaraan diantara mereka selama perjalanan.
"Anak abang berapa?" tanya Rida memulai pembicaraan.
"Dua, laki semua."
"Udah besar?" tanya Rida kembali.
"Anak pertama mungkin seusia Eri, udah masuk SMP tapi milih di pondok. Anak kedua masih SD tapi bentar lagi SMP. Kamu nggak ada niat menikah lagi?" Paul menghentikan langkah menatap Rida.
"Belum ada yang pas, bang. Apalagi aku bawa Eri, suami sudah meninggal jadinya pria mikir kalau nikahin karena harus biayai Eri juga. Image janda itu nggak enak, bang."
Paul paham dengan kalimat Rida, memilih melanjutkan langkahnya dengan Rida yang berjalan disampingnya. Pikiran Paul berjalan kemana-mana, tapi bukan tentang Rida melainkan Ayu.
"Abang setia sama istri, beda sama teman-temannya. Abang gimana cara puasin diri? Maaf kalau lancang." Rida bertanya dengan berani.
"Aku hanya takut dosa, aku nggak mau sakitin istri."
"Abang menikah disini juga dia nggak akan tahu."
"Kamu lagi berusaha agar aku menikahimu?" tanya Paul langsung dengan menatap dalam Rida.
"Bukan, aku hanya bertanya nggak ada maksud lebih. Apa yakin istri abang setia? Maaf kalau aku lancang." Rida kembali menatap tidak enak.
Paul hanya diam, meninggalkan Rida depan pagar dengan memilih kembali ke tempat tinggalnya. Hembusan napas panjang dikeluarkan ketika masuk kedalam kamar, memilih istirahat karena nanti malam masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.
"Kenapa diluar?" Paul mendekati Eri yang tampak bingung.
"Ibu sakit, mau bawa ke rumah sakit tapi nggak tahu minta tolong siapa." Eri mengatakan dengan ekspresi sedih.
"Om yang bawa, berani di rumah sendiri?" Eri menganggukkan kepalanya.
Membawa Rida ke rumah sakit dengan menggunakan mobil kantor, menunggu diluar sampai nanti dipanggil.
"Suami Ibu Rida." Paul mengangkat kepala menatap perawat dihadapannya "Ibu hanya kelelahan dan sudah boleh pulang, silakan urus administrasinya."
"Maaf merepotkan, bang." Rida menatap tidak enak.
"Kalian memang tidak ada pria yang siap kapanpun?" tanya Paul yang dijawab Rida dengan gelengan kepala.
"Makanya aku berusaha dekat sama abang, siapa tahu abang sama dengan teman-temannya yang menikah dengan wanita sini. Aku nggak masalah kalau menjadi madu, aku membutuhkan pria di rumah."
Part diatas belum ada di Karyakarsa atau Ceriaca
Ada yang mau memberikan saran buat Paul, Ayu, Handi dan Rida?

KAMU SEDANG MEMBACA
End You (Short Story)
Historia CortaWarning! Cerita 21+ Harap Bijak dalam Membaca, jangan asal main report