Chapter 4

223 15 0
                                    

🎐ANGIN🎐ANGAN🎐
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[Masa sekarang-2023]


Tak disangka ternyata sudah setengah jam Satria menangis sekaligus menenangkan dirinya di dalam gudang bawah tangga tersebut.

Huft!!

Dia menghembuskan napasnya dengan satu hentakan agar perasaan sesaknya lega.

Dia keluar dari sana dan melihat keadaan sekitar sudah lebih sepi dari sebelum dia masuk ke dalam gudang.

"Sial!" Satria berlari kecil mengambil jalur kantin kampus dua yang berada di belakang kelasnya.

Matanya menerawang, ternyata benar pembelajaran selanjutnya sudah di mulai. Ketika dia sedang mengendap-endap ingin mengintip jendela kelasnya, tiba-tiba jendela dari ruangan jurusannya tepat di sebelah kirinya di ketuk-ketuk membuatnya terperanjat kaget.

Dia melihat di balik jendela itu ada guru jurusannya yang menatap curiga.

Dia memberikan gestur memanggil pada Satria. Dengan pasrah Satria memutar arahnya untuk memasuki ruang jurusannya dari jalan utama.

"Permisi, iya kenapa sensei?" Tanyanya dengan sopan.

"Sini." Wanita itu memanggil lagi. Satria mendekat pada meja kedudukannya.

"Ini, sensei minta tolong kamu buatin laporan ujian praktek wedding minggu lalu." Wanita itu memberikan flashdisk putih.

Satria mengambilnya lalu menatap kembali pada gurunya.

"Isinya foto dokumentasi, jangan lupa sertakan juga." Kata dia.

Satria mengangguk lalu pergi pada meja komputer dan mulai menyalakan monitornya untuk segera mengetik membuat laporan.

Dia tidak perduli lagi tentang mata pelajaran yang sedang berlangsung, seharusnya mapel kali ini sangat penting untuk pembentukan dana paket tour.

"Bunda bunda! Dede haus!"

Satria mengintip dari balik komputer. Di depan sana ada anak kecil perempuan dari guru wanita tersebut.

"Ini, minta temenin ke bibi Ebi ya buat nyebrang?" Anak itu mengangguk patuh sambil mengambil lembaran uang yang diberikan. Satria tersenyum gemas melihatnya.

Saat anak itu ingin berbalik, tatapannya bertemu dengan tatapan Satria.

"IIHHH KAK ASAAANN!!" Teriaknya lalu berlari gembira memeluk Satria. Lelaki itu hanya tertawa sambil mendudukan adik sepupu jauhnya tersebut di pangkuannya.

"Ade, panggil Satria ih jangan Asan!" Tegur ibunya. Ya soalnya nama panggilan Asan dari nama keluarganya- 'Khasan' -yang berarti nama keluarga sepupu kecilnya ini juga.

"Gak mau gak mau!" Sang ibunda menghela nafas sabar.

"Bunda dede mau beli bareng kak Asan!"

Satria mematung. Oh tidak, dia sedang malas untuk berjalan kemanapun.

"Dede haus? Di tas kaka ada minuman. Dede minum aja itu ya?" Bujuknya. Namun tetap saja anak kecil pastinya ada keras kepala.

Angin Angan || WinnySatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang