Chapter 8

4 0 0
                                    

"ADELINE! OY ADELINE MANA LO?!"

Zeline panik, sampai malam sahabatnya itu tidak datang-datang juga. Ia ketakutan saat mengingat Adeline akan berakhir seperti ending yang seharusnya, mereka disini berniat untuk mengubah ending dan selamat bersama-sama.

"Ya Allah Adeline mana lo sumpah..." Ujar Cloe sambil menangis.

"Tenang gaes, kita cari pelan-pelan! Kalo panik gak bakal bisa ketemu!" Usul Karlyn kembali melihat-lihat kota.

Sebelumnya mereka bertiga saling bertemu satu sama lain didepan rumah Adeline, dengan kompak mereka mencari dan menanyakan warga sekitar yang sekiranya pernah melihat sahabat mereka itu. Hampir 20 menit tak ada titik terang dalam pencarian Adeline, membuat Karlyn maupun Cloe menangis.

"Gak gak begini...bukan begini yang kita mau..." Tangis Karlyn pilu.

Mereka bertiga mengira bahwa Adeline telah tamat, kini hingga akhir mau tak mau mereka harus menyelamatkan diri sendiri. Tetapi seorang pria penjual roti yang sempat ditanyai Zeline berlari kearah mereka.

"Nona, apa tadi anda mencari nona Adeline? Sepertinya tadi saya melihatnya berjalan masuk ke kota."

Ucapan pria tadi sontak membuat tiga wanita itu mendongak cepat, mereka segera pergi ke gerbang kota setelah mengucapkan terima kasih kepadanya. Dan disana mereka hampir ingin menangis lagi saat menemukan Adeline yang saat ini sedang dibantu oleh para dayangnya.

"ADEL!" Teriak mereka.

Empunya nama yang langsung mengetahui siapa yang memanggilnya barusan mendesis, agak malu juga namanya diteriakkan didepan warga.

"Woy del kemana aja lo! Astaga sumpah kita semua udah panik kirain lo udah mau mati!" Ucap Cloe, kedua sahabatnya yang lain mengangguk cepat.

Baru saja Adeline hendak berbicara tubuhnya hampir dibuat tumbang saat tiga sahabatnya itu memeluknya bersamaan sembari menangis, dalam hati mereka setidaknya bersyukur tidak ada hal buruk untuk sekarang.

"Udah elah lebay amat kalian, gue cuma ngurus urusan gue. Sekarang udah berlalu kok, kita tinggal fokus sama tujuan kita, yaitu bertahan hidup!"

•••

Tepat sekali setelah kedatangan Adeline, dayang dari wanita itu memberikan secarik surat undangan kerajaan 2 jam lagi. Dengan tergesa-gesa Adeline mengganti gaunnya dan lain-lain, menghubungi para sahabat dan pergi ke istana kerajaan, tempat dimana Pangeran Demetrius berada.

Bukan apa-apa, hanya saja Adeline penasaran seperti apa wujud pangeran Demetrius yang sebenarnya. Di novel pangeran dideskripsikan sebagai pria tampan nan tinggi berkulit tan, mata tajam dan alis tebal, rahang kokoh seperti diukir oleh seniman terkenal, bak dewa Yunani. Tentu saja dengan penjelasan fisik yang rinci sedemikian rupa siapa yang tidak tertarik untuk melihatnya barang sehari?

Adeline melirik pada Zeline, alasan mereka menerima undangan itu juga untuk melihat-lihat kondisi wanita itu pada konflik kedepannya. Walau begitu Zeline juga harus berhati-hati untuk bertemu dengan Ksatria Leo, pria itu mungkin saja juga terpancing oleh kata-kata Madeline.

Sesampainya disana mereka berempat tercengang bukan main, kerajaan istana 10x lebih besar dibandingkan rumah Duke Refangga. Memang sudah sewajarnya memiliki istana raksasa, tapi tetap saja terlihat luar biasa di mata para wanita-wanita ndeso itu.

Begitu masuk mereka semua disapa oleh para prajurit yang tengah berkumpul di depan pintu masuk istana, yang langsung mengarahkan mereka ke aula besar dan megah. Entah bagaimana caranya walaupun ada banyak manusia, suasana didalam istana sangat sejuk, tidak seperti saat mereka terakhir kali di kediaman Duke.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tololabis Isekai Goes Wrong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang