Sedangkan di tempat lain, di sebuah ruangan minim cahaya yang hanya diterangi oleh beberapa lilin. Terdapat seorang gadis yang matanya ditutup memakai kain dan tubuh diikat pada kursi, gadis yang sedang pingsan tersebut perlahan-lahan tersadar dan menyadari dirinya telah diculik.
Adeline berusaha menarik tangannya, terikat oleh tali. Karena indra peraba dan indra penglihatannya telah terhalangi, mau tidak mau Adeline memanfaatkan indra pendengarannya.
Terdengar suara langkah kaki dari kanan, yang tiba-tiba saja sudah berada di kiri.
"Adeline Cordelia, benar?"
Seolah tahu siapa orang, lebih tepatnya seorang pria yang mengajaknya berbicara, empunya nama mendongak meskipun tidak melihat sosok yang ia lihat itu.
"Ya?" Jawab Adeline.
Tiba-tiba saja sebuah benda dingin dan tipis menyentuh dagu Adeline, yang membuatnya seketika merinding walau masih tak tahu benda apa itu.
"Anda punya kata-kata terakhir?"
Adeline menelan ludah, tidak menyangka endingnya sudah secepat ini datang. Akan tetapi dia tidak mau bersikap gegabah, hal pertama yang akan Adeline lakukan adalah berusaha menarik simpati pada pria didepannya.
"Sebelum itu gue mau ngomong sebentar sama lo." Ucapnya.
Terdapat beberapa menit jeda di sana, hingga akhirnya suara deheman si pria misterius membuat Adeline menyeringai.
"Lo mau bunuh gue kan? Walaupun mata gue ditutup, tapi gue tau kalo yang lo pegang itu pisau."
"Anda punya indra peraba yang sangat sensitif, nona Cordelia. Karena benda yang kupegang memanglah pisau, apa anda takut?" Tanya pria tersebut.
Adeline terkekeh kecil, "gak tuh, kenapa gue harus takut? Lagian gue malah seneng kalo lo bunuh gue sekarang juga."
"Tapi asal lo tau, meskipun udah bunuh gue, itu gak bikin lo berakhir bahagia dengan Madeline."
"Kenapa?"
"Anggap aja gue bisa liat masa depan, tapi lo gak bisa bareng Madeline karna dia berakhir bareng pangeran kerajaan." Ujar Adeline lagi.
"Pangeran Demetrius?"
"Bener."
Suasana kembali sunyi, hingga suara tawa ledekan terdengar sangat kencang, menggema. Seolah-olah ruangan disana sangat kosong, Adeline yang mendengar itu sudah menduganya memang, perkataannya barusan jika didengar oleh teman-temannya pun mereka juga bisa tertawa.
"HAHAHAHA! JANGAN BERCANDA! BANGSAWAN SOMBONG SEPERTI ANDA BISA MELIHAT MASA DEPAN? ANDA SAJA TIDAK PUNYA SIHIR! MASA DEPAN ANDA SUDAH HAN—"
"Rayden El Mckenna."
Ucapan Adeline barusan berhasil membuat pria bernama Rayden bungkam.
"Kita gak pernah ketemu sebelumnya kan? Lo aja baru tau gue dari Madeline, dia cerita ke lo di taman Hortensia timur. Waktu malam hari, kalian berdua ngobrol dan bicarain tentang gue, gue jahatin dia dan ngancem dia. Disitu lo mulai benci ke gue karna ngancem orang yang lo sayangi."
Set!
Tanpa diduga Adeline kain di matanya mendadak dilepas dengan kasar, wajahnya kemudian ditarik oleh Rayden yang sudah menyapanya dengan tatapan kesal.
"Bagaimana bisa anda tahu semua itu secara detail?! Saya sudah memastikan tidak ada orang di taman itu..." Tanyanya dengan suara tertahan.
Adeline kembali terkekeh, "kan gue bilang apa tadi? Gue bisa liat masa depan, sebelum lo culik gue udah tau lo punya rencana bakal culik dan bunuh gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tololabis Isekai Goes Wrong
HumorEntah mengapa keajaiban dengan bodohnya memilih 4 sahabat dengan setengah sel otak dibagi empat itu sebagai orang-orang terpilih untuk pergi ke dunia isekai, memasuki dunia novel yang dibaca oleh salah satu sahabatnya, Adeline. Mereka berempat yang...