04: Ly's Nightmare

16 9 14
                                    

"Kau tidur?"

Lyonore sontak membuka kedua mata yang tadinya terpejam, bersiap untuk terlelap. Suara seorang pria yang terdengar asing di telinga mendadak bersuara tepat di sampingnya, mengudara dengan dinginnya.

Tampak sesosok pria beraura kelam. Agaknya Lyonore mulai mengantuk, mengapa ia melihat ada sayap hitam yang begitu besar di belakang punggung pria ini? Tidakkah dirinya sedang berhalusinasi? Atau ini mimpi?

"Kau tidak sedang bermimpi, anakku."

Apakah Lyon salah dengar? 'Anakku', katanya? Bukankah Lyonore tidak punya ayah? Nenek tak pernah mengungkit apapun tentang orang tuanya, jadi Lyon pikir ia memang tidak punya orang tua sebagaimana anak-anak lain. Tapi apa ini? Seorang pria mendadak muncul di kamarnya dan menyebut Lyonore sebagai anaknya?

Pria itu menarik senyum tipis. "Kau tampak bingung. Sayang sekali, tampaknya kau memang tak tahu sama sekali soal diriku."

"Itu benar. Jadi, Anda ini siapa?" Lyon langsung mengkonfrontasi sosok itu tanpa gentar. Membawa dengus tawa dari si pria.

"Lihatlah dirimu yang tak punya rasa takut itu. Kau memang anakku, kan? Kau bahkan nyaris membunuh seorang bocah hari ini, benar?"

Lyonore tercenung sesaat. "Anda ini apa..?" Segera ia mengubah pertanyaannya dengan nada jauh lebih serius kali ini. Karena jujur, itu cukup menakutkan. Bagaimana bisa pria ini mengetahui soal kejadian tadi pagi?

Pria itu menarik sudut bibirnya. "Tebak?"

Bocah itu mengalihkan pandangannya pada sayap hitam yang besar di belakang punggung pria tersebut. "... Burung gagak?"

Dibuat terbahak-bahak pria itu oleh celoteh kecil sang putra. Selama beberapa saat ia asyik tertawa sendiri sampai memegangi perutnya yang terasa geli. Sedangkan Lyonore hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Mari kita lihat bagaimana burung gagak ini akan memastikan hidupmu menjadi sangat istimewa, putraku."

Kedua manik coklat madu Lyonore membulat sepenuhnya bersamaan dengan dirinya mencoba bangkit secepat mungkin dari posisi baringnya, itu ketika pria yang mengaku sebagai ayahnya tersebut mengepakkan sayapnya dan melayang di udara sesaat, lalu turun menghujam Lyonore kuat.












"Hah..!"

Netra yang semula terpejam itu sontak terbuka lebar-lebar dengan sentakan kuat dari pemiliknya. Lyonore menelusuri setiap sudut kamarnya, hanya untuk memastikan bahwa tak ada apapun di kamar itu selain dirinya.

Mimpi yang buruk.











Mimpi yang buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












"Ronnie, semalam aku bermimpi buruk."

Gadis berambut panjang itu menoleh ketika Lyonore mengucap sepatah kata dengan nada tak tenang. "Apa yang kau mimpikan, Ly?"

Ronnie, My RonnieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang