Ya kami semua masuk dalam kategori siswa eligible untuk melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Kita benar-benar bersyukur di berikan kemudahan untuk melanjutkan belajar kita. Ya walaupun belum tentu juga kitab isa lolos dalam kategori ini. tapi setidaknya kita sudah berusaha bukan?
“kira-kira lolos gak ya?” Swara membuka percakapan kali ini
Jangkar mengambil air mineral “kalau kataku sih lolos, kan kamu rajin. Nilai rapor juga gak pernah turun”
Swara terlihat berfikir atas ucapan Jangkar “tapi sama aja gak sih Jang? Kalau aku ambil ini itu tetep gak bisa bayarnya?”
Jangkar terdiam, begitupun denganku “bercanda kali, tegang amat mukanya. Aku kerja serabutan lagi biar sampai kaya babu”
Sedangkan aku juga masih ragu, apakah mimpiku terlalu tinggi untuk masuk kampus yang ku inginkan? Selain kampus yang terlalu tinggi, sejujurnya aku juga tidak ingin berpisah dengan sejoli kocak ini. Masa SMAku benar benar berwarna karena adanya mereka. Walaupun pada akhirnya kita memilih kampus yang berbeda. Semua anak memiliki kampus impiannya masing-masing kan?
Kita akhirnya terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Kebetulan ujian juga telah selesai. Sekarang adalah waktu free. Lalu kami memilih untuk nongkrong di rumah Jangkar untuk bermain PS dan numpang bercerita tentang keluhan masing-masing
“udahlah main PS lagi aja” kataku
“kalian aja deh, aku capek banget kemarin pelanggannya banyak” Swara menimpali
Jangkar menatapku dan mengangkat stick PS seolah mengajakku segera untuk bermain dengannya. Tentu saja dengan senang hati aku menyambut ajakan itu dengan Bahagia. Kita bermain game sepak bola FIFA sekitar 2 jam. Saling berteriak, bersaut, bahkan bertaruh.
Memang bermain dengan Jangkar adalah yang terbaik. Kalau bermain dengan Swara aku akan menang dengan mudah. Karena pada intinya Swara tidak jago dalam bermain game selain mobile legend dan genshin impact. Sedangkan aku tidak bermain keduanya. Sehingga jarang sekali mabar dengan mereka.
“fuhh… dingin”
Aku membalikan badanku dan melihat Swara tengah menggigil di balik selimut tebal milik Jangkar. “Jang, kecilin ACnya. Kasihan Swara kedinginan”
“huh? Tumben Swara kedinginan” heran Jangkar
Jangkar mendekat kearah Kasur dan mengecek apakah Swara baik-baik saja. Namun yang dapat ku lihat adalah Swara dengan muka yang pucat dan suhu tubuh yang panas. Sepertinya Swara terkena demam akibat berkerja tanpa henti kemarin malam.
“panas banget. Azka jaga Swara bentar. Aku mau ambil kotak obat dulu di bawah” perintah Jangkar. Aku hanya mengagguk tanda setuju pada Jangkar
Jangkar mulai menghilang di balik pintu. Lalu aku mengalihkan pandanganku terhadap sahabatku yang satu lagi. Dapat ku lihat muka gelisahnya dalam tidur. Apakah ia mimpi buruk? Apakah demam ini mengganggu istirahatnya?
Swara terbangun dari tidurnya dengan terhentak. Sepertinya anak ini sedang mimpi buruk. Tak berselang lama Jangkar masuk dengan kotak P3K di tangannya. Swara menatapku dan Jangkar bergantian sebelum akhirnya menangis. Kita panik kalang kabut karena tangisan Swara menjadi lebih kencang. Mau tidak mau kita menenangkannya dengan cara apapun. Aku memeluknya dan mengelus punggungnya sembari bertanya apakah ada yang salah dengannya
“kenapa Swara? Sakit banget?” Tanya Jangkar kepada Swara
“Takut…” lirih Swara
“kenapa takut? Ada kita, ceritain aja” aku berusaha untuk menenangkannya
Namun Swara tetap bungkam hingga tangisannya reda. Dapat ku lihat matanya memerah dan sembab karena tangisannya tadi. Kita tidak akan bicara apapun sebelum Swara yang akan mengucapkannya sendiri. Jangkar dengan cepat memberikan obat kepada Swara. Dengan senang hati Swara menerimanya dan meminumnya. Ia menatap kami dengan lama dan pekat. Aku ataupun Jangkar tidak tahu apa yang terjadi hanya menatap Swara balik dengan perasaan yang bingung
“tadi sakit banget, makanya nangis. Maaf ya jelek banget emang” Swara mengucapkan dengan mulut yang bergetar
Jangkar menggeleng “gapapa, kalau lebih sakit nanti ke RS aja”
Swara melotot dan menggelengkan kepalanya dengan cepat “ENGGA JANG, aman kok aman”
Lalu yang terjadi selanjutnya hanya ada keheningan menyelimuti kamar ini. kami saling bertatapan dan akhirnya tertawa Bersama dengan suhu tubuh Swara yang menurun karena obat telah berkerja dengan cepat.(( dobel karena aku lupa update mulu. i'm sorry 😔 ))