Siapa yang tidak suka hari libur? Tentu saja semua murid seperti kita adalah fans nomer satu untuk hari libur. Bisa berdiam diri di rumah atau bisa menghabiskan banyak waktu dengan tidur tanpa belajar. Tapi bagiku, hari libur tidak bisa hanya diam di rumah. Padahal aku sangat menginginkannya
“JANGKAR, JANGAN AMBIL BOLAKU” Begitulah teriak Swara ketika bola basketnya dalam permainan Time Zone di rebut sang lawannya
“yang bayarinkan aku Ra, suka-sukaku dong” goda Jangkar
Aku? Hanya menontoni mereka bergelud. Aku sudah main ronde putaran pertama dengan Jangkar. Dibalik kedua orang ini jelas aku adalah orang tua mereka. Gak fokus dikit pasti mereka udah jambak-jambakan satu sama lain
“Azka, ayo cari permainan lain. Jangkar galak banget gamau ngalah sama yang muda” ngambek Swara
“kalian kan Cuma beda beberapa bukan” ucapku
Swara mengerucutkan bibirnya “sama aja Jangkar paling TUA”
Dapat ku lihat dengan jelas Jangkar jengkel di buatnya “iya deh yang paling muda”
Lagi-lagi aku hanya bisa menggeleng melihatnya. Lalu kami melanjutkan aktifitas bermain hari ini. mulai main balapan, hingga tinju sekalipun. Semuanya seru, walaupun kita hanya bermain bertiga. Semuanya seru karena ada Swara dan Jangkar di sini. Aku sangat menikmati momentnya hingga tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 6 sore
“aduh hari libur gini masih aja kerja” keluh Swara
Perutku yang keroncongan ini memiliki ide “yasudah, kita makan sekalian aja di tempatmu Ra. Kali ini aku yang teraktir”
Dapatku lihat senyum dari Swara yang mengembang begitupun dengan Jangkar. Mereka langsung menyambarku dengan pelukan. Ya mungkin kali ini mereka lolos dari hantamanku karena aku sudah sangat lapar. Kita berjalan tidak jauh dari tempat bermain ke tempat dimana Swara menjalankan perkerjaannya.
Kedai makanan cepat saji, adalah dimana ia berkerja untuk menafkahi seorang diri. Ya, aku sangat salut kepadanya. ku lihat Swara segera absen dan melayani kita semua. Makanan sudah datang, Swara di beri waktu untuk makan Bersama kita oleh bosnya.
“Bulan depan udah banyak ujian aja ya” keluh Jangkar
Swara menatapnya sinis “Kamu les aja Jang, privat gitu. Nanti aku manut sama kamu”
Jangkar memutar bola matanya “bilang aja mau gratisan Ra”
“Gimana kalau belajar bareng? Hemat uang juga kan?” Saranku
Mereka semua menatapku dengan tatapan berbinar, apakah aku mengucapkan kata yang salah? Dalam hitungan detik. Semua temanku memelukku dengan hangat. Ah, aku rasa bukan karena perkataanku yang salah. Tapi karena aku menawarkan diri untuk mengajari mereka dengan gratis. Ya karena pada biasanya aku meminta traktiran di akhir jika aku membantu mereka. Ini yang dinamakan berbisnis, teman.
