Chapter 2

1.5K 165 7
                                    

Hari ini Vaskha berniat bermalas-malasan karena sekolah sudah berakhir. Dia tinggal mengikuti ujian masuk perguruan tinggi yang akan diadakan sebulan kemudian.

Dia berencana untuk mencari bacaan lain, karena novel yang dibacanya semalam benar-benar bukan seleranya. Tapi entah bagaimana banyak yang suka dengan novel itu hingga mencapai jutaan pembaca. Mungkin selera orang berbeda-beda. Tapi tetap saja Vaskha tidak mengerti dengan orang-orang itu, karena jelas-jelas novel itu adalah novel kekanakan, tetapi sudahlah.

Vaskha tidak menyelesaikan novel tersebut. Dia memilih menyelematkan kewarasannya. Jadi sekarang dengan semangkuk mie instan dengan telur diatasnya, Vaskha membuka ponselnya kembali. Orang tuanya tidak di rumah, mereka pergi bekerja pagi-pagi sekali.

Tangan Vaskha bergerak di layar pipih itu, sementara tangan lainnya mengangkat sendok untuk memasukkan mie instan miliknya ke dalam mulut. Tanpa di duga, Vaskha tersedak oleh mie tersebut dan meregang nyawanya begitu saja.

Dia mati karena tersedak mie instan.

***

"Ukh! Kepalaku..." Vaskha memegangi kepalanya yangh yang sakit.

Bukankah dia sudah mati?

Perlahan Vaskha membuka matanya dan melihat sekeliling. Dia berada di sebuah ruangan berwarna putih dengan sedikit perabotan di dalamnya. Vaskha terbaring di tempat tidur dengan bau kurang sedap.

Vaskha berusaha untuk bangun dan ketika dia melakukannya, pantatnya terasa sangat sakit.

"Aww..." Vaskha meringis dan kembali berbaring. Barulah ia sadari bahwa ternyata seluruh tubuhnya terasa sakit dimana-mana.

Perut Vaskha juga sakit, asam lambungnya hampir mencapai mulut. Dengan susah payah, Vaskha berdiri menuju kamar mandi di sudut.

Saat melihat pantulan dirinya di cermin, Vaskha terkejut sampai dia hampir berteriak. Ini bukan dia. Siapa ini?

Seseorang disana memiliki kulit putih pucat, dengan wajah terkesan feminim. Dia masih laki-laki karena dada datar dan benda menggantung di bawah sana. Lehernya ditutupi oleh lebam berwana merah hingga merah tua. Bibirnya pucat dan sudut matanya terasa lengket, mungkin karena air mata. Hampir seluruh tubuhnya ditutupi oleh bercak merah keunguan itu, apalagi bagian paha dalamnya. Vaskha meringis.

Apa ini? Apa yang terjadi dengannya?

Vaskha menyentuh wajah asing itu, bertanya-tanya, siapakah pemuda malang ini?

Tepat ketika Vaskha linglung, pintu ruangan itu terbuka. Vaskha menoleh dan berjalan keluar setelah melilitkan handuk yang ia temukan di kamar mandi pada tubuhnya. Handuk putih yang sangat kontras dengan bercak kemerahan itu. Karena rasa sakit di tubuhnya, ia hanya bisa berjalan perlahan dan bertemu dengan seorang pria yang sedang mengeluarkan makanan dari bungkusnya.

Vaskha menatapnya terdiam. Dia berdiri di belakang pria tersebut.

Pria itu berbalik dan terlihat sangat terkejut melihat Vaskha yang hanya berdiri diam disana.

"Kau membuatku kaget saja! Kemari, makanlah. Kau pasti sangat lapar." Pria itu melambaikan tangannya ke arah Vaskha.

Vaskha tidak tahu dia siapa, tapi Vaskha sangat lapar. Jadi dia berjalan pelan sekali karena sakit di tubuhnya. Pria tersebut terlihat tidak sabar dan segera menggendong Vaskha begitu saja.

Sebuah ekspresi terkejut tercetak di wajah Vaskha yang kini berada di dalam pelukan pria kekar itu. Vaskha di letakkan di atas tempat tidur dan pria itu berjongkok didepannya. Tangan besarnya menangkup wajah Vaskha lalu matanya menatap dalam pada wajah pucat itu. Jempol pria itu menggesek kulit putih milik pemuda di depannya.

Vaskha memperhatikan wajah asing didepannya. Pria ini memiliki rambut pendek dengan fitur wajah tegas. Warna kulit kecokelatan dan tubuhnya tinggi, sekitar 180 centimeter. Tubuhnya kekar dan telapak tangannya terasa kasar. Pria ini terus menggosok wajahnya dengan jempol besarnya.

"Mana yang sakit, hm?" Tanya pria itu terkesan sangat lembut pada Vaskha.

Vaskha terdiam tetapi tidak mengalihkan pandangannya dari wajah pria didepannya ini.

"Semuanya sakit." Ujar Vaskha perlahan.

Mendengar itu, pria tersebut memasang wajah bersalah. Dia memeluk Vaskha erat. "Maaf aku terlalu kasar semalam. Itu karena aku sangat merindukanmu."

Vaskha tidak peduli. Matanya menatap penuh damba pada makanan disana. Perutnya terasa sangat kosong dan dia butuh makanan sekarang juga.

"Aku akan mengobatimu, oke? Atau kau mau mandi dulu?"

"Aku mau makan." Ujar Vaskha datar.

"Ahh! Baiklah. Makan dulu kalau begitu." Pria tersebut segera meraih makanan dan memberikannya pada Vaskha. Mata itu berbinar melihat makanan di tangannya.

"Kau bisa makan sendiri? Mau ku suapi?" Tanya pria tersebut melihat tangan Vaskha yang gemetaran.

"Aku bisa makan sendiri." Vaskha melanjutkan menyendok makanan itu ke dalam mulutnya.

Pria tersebut duduk di samping Vaskha dan memperhatikan bagaimana pemuda itu makan. Dia melihatnya dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang. Andai saja dia mau hidup bersama dengannya. Dia berjanji akan menjadikannya orang paling bahagia. Tetapi pemuda cantik ini tidak mau hidup dengannya.

Vaskha menikmati makanan miliknya. Rasanya sangat menyenangkan makan ketika sedang lapar. Meskipun rasanya biasa saja, tetapi Vaskha tetap menghabiskannya.

Dia selesai makan dan akhirnya mandi. Vaskha memakai pakaian bersih sederhana yang tampak asing. Vaskha di bawa keluar.

"Aku akan mengantarmu pulang." Pria yang sampai saat ini tidak dia ketahui namanya itu meraih tangannya.

Pemandangan di luar membuat Vaskha terkejut. Pakaian orang-orang dan juga benda-benda disana. Bangunan-bangunan terbuat dari kayu dan batu. Pakaian kuno yang pernah ia lihat di salah satu komik kerajaan. Orang-orang terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hewan-hewan seperti kuda menjadi alat transportasi dan ada dimana-mana.

Vaskha terlihat kebingungan. Dimana dia berada sebenarnya?

Sebenarnya tubuh Vaskha masih terasa sakit, tapi ia juga tidak mungkin tetap berada di ruangan itu. Dia ingin tahu mengapa dia ada disini.

Apakah benar dia mati karena tersedak mie instan? Kalau benar, sungguh menyedihkan sekali dirinya. Dia mati hanya karena hal sepele macam itu.

Udara terasa sangat segar disini. Vaskha menatap penasaran dan tertarik akan hal-hal yang dia lihat. Ada berbagai macam penjual, seperti di pasar tradisional. Mereka menjual makanan, pakaian, perhiasan, perabotan hingga senjata.

Mereka berjalan cukup jauh, hingga sesekali harus berhenti. Sampai akhirnya Vaskha tiba di sebuah bangunan kecil yang terlihat kumuh. Matanya menatap penasaran terhadap bangunan itu.

"Nah, sudah sampai. Aku akan menemanimu lagi besok, Sion." Ucap pria tersebut membuat Vaskha terdiam.

Pria didepannya tersenyum sambil mengelus kepalanya. "Masuklah."

Lalu dia berjalan pergi, meninggalkan Vaskha yang terpaku diam di tempatnya.

Pria itu memanggilnya apa? Sion?






To be continued

[BL] Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang