Chapter 8

1.1K 146 5
                                    

Cahaya matahari memasuki rumah dari sela-sela gorden, Vaskha menyingkap kain penutup jendela itu dan membuka jendela agar cahaya matahari serta udara segar memasuki rumah.

Dia menuju kamar Claire dan melihat pemuda itu masih tertidur. Terakhir dia meninggalkan Claire karena belanja ke pasar, adiknya itu masih bangun. Tetapi sepertinya Claire mengantuk apalagi dia sehabis menangis tadi.

Dengan susah payah, Vaskha membawa masuk semua barang belanjaannya ke dalam rumah. Barang-barang besar seperti lemari, kursi dan meja sudah dibantu oleh pemilik gerobak tadi.  Tinggallah barang-barang kecil seperti lauk dan perabotan rumah.

Pertama sekali, Vaskha memasak ayam yang dibelinya tadi dan ikan hidup di masukkan ke ember di dalam kamar mandi. Ayam dibumbui dengan berbagai macam rempah dan Vaskha memasaknya di atas tungku tanah liat. Ini hanya ayam goreng rempah yang biasa ia makan dulu. Berlanjut dengan sop sayuran. Semuanya Vaskha masak dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit. Setelahnya, Vaskha menata perabot dapur yang ia beli tadi. Barulah ia berusaha mendorong dua lemari yang baru saja dibelinya. Satu ke kamar Claire dan satu di kamarnya.

Vaskha memasukkan lemari ke kamarnya terlebih dahulu barulah ke kamar Claire. Saat memasukkan baju-baju Claire ke dalam lemari, adiknya Claire terbangun dan melihat Vaskha yang tengah melipat kain dan memasukkannya ke dalam lemari.

"Kakak?"

"Ah, kau sudah bagun. Tunggu sebentar." Vaskha berjalan menuju ruang tamu untuk mengambil makanan yang ia beli di pasar tadi.

"Aku membelikannya untukmu, makanlah."

Claire menatap buah yang diselimuti lapisan gula di tangannya. Dia belum pernah melihat makanan seperti ini, manik birunya berbinar bahagia dan dia memasukkan buah itu ke dalam mulutnya. Sensasi segar dari buah dan rasa manis dari cairan gula itu melebur di dalam mulut Claire. Pemuda itu memakan makanannya senang sembari melihat Vaskha yang hampir selesai dengan lemari.

Selesai dengan pakaian, Vaskha kembali dengan lampu yang baru ia beli tadi. Dia memasangnya di tengah ruangan dan terlihat bangga dengan hasil kerjanya.

"Apa kau mau keluar?" Tanya Vaskha kepada Claire yang menatapnya.

Claire mengangguk dan merentangkan tangannya ke arah Vaskha agar kakaknya itu menggendongnya. Vaskha tersenyum dan memeluk Claire erat lalu membawanya ke ruang tamu. Pemuda itu didudukkan disana, ia memperhatikan Vaskha yang sedang memasang lampu lagi.

Tepat jam enam sore, lampu menyala. Vaskha menyajikan makanan yang ia masak dan mendapat pujian dari Claire terhadap masakannya. Kehangatan luar biasa memenuhi rongga dada Vaskha. Bibirnya terangkat dan sebuah senyuman terukir untuk Claire.

Sion sangat menyayangi adiknya ini, begitu juga dengan Vaskha.

***

Hari ini, Vaskha pergi menuju tambang yang dibicarakan oleh warga desa. Jaraknya sekitar tiga kilometer dari rumah Vaskha. Cukup jauh dan itu membuat Vaskha kelelahan. Tambang ini berbentuk seperti goa biasa yang ada di tengah hutan. Vaskha tahu jalan karena ada penunjuk arah. Ada banyak orang juga disini dan yang tidak Vaskha sangka adalah, ada juga orang yang berjualan makanan disini. Mereka berjualan di dekat mulut goa, makanan adalah yang mereka jual.

Beberapa pekerja tambang adalah pria-pria tangguh dengan tubuh yang ditutupi oleh otot-otot kekar. Mereka akan keluar dan membeli makanan. Vaskha melihat uang yang dihasilkan para wanita penjual makanan itu lumayan banyak.

Karena penasaran, Vaskha mencoba membeli makanan itu. Rata-rata yang dijual adalah roti dan susu, juga beberapa minuman beralkohol rendah. Harganya cukup mahal. Dua puluh lima koin perak untuk satu roti dan tiga puluh koin perak untuk sebotol kecil susu. Pantas saja mereka mendapat uang yang banyak.

Ketika Vaskha memakan roti itu, dia mengerutkan keningnya. Pasalnya roti ini terasa seperti roti tawar tanpa selai. Rasa yang sangat biasa dan Vaskha tidak sanggup menghabiskannya. Dia meminum susu yang ia beli dan menyimpan roti sisa itu.

Dia berpikir mungkin lebih baik dia bekerja di tambang saja. Tetapi ketika melihat para pria kekar itu mengangkut batu-batu besar di punggung mereka, Vaskha mengurungkan niatnya. Dia tidak bisa bekerja seperti itu, fisiknya tidak kuat. Rasa kecewa menghinggapi dada Vaskha, dia tidak memiliki kekuatan dan fisiknya lemah. Apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan uang?

Vaskha menggenggam botol susu di tangannya. Ketika ia melakukannya, ia pun memiliki ide yang melintas di kepalanya. Ya, dia akan berjualan makanan saja.

Ide cemerlang yang dia dapat itu membuat Vaskha senang dan pulang dengan semangat. Dia mengabaikan tatapan aneh dan asing yang telah mengintainya dari balik pepohonan hutan. Mata emas bercahaya dan lebih dari sepasang. Semuanya mengikuti langkah kaki Vaskha di antara pohon-pohon besar di hutan.












To be continued

[BL] Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang