Chapter 5

1.3K 166 6
                                    

Selama perjalanan menuju pinggiran kota, Vaskha dan Claire tertidur sambil berpegangan tangan. Claire sama sekali tidak memiliki niat untuk melepaskan tangannya dari kakaknya. Dia merasa aman dan senang ketika melakukan kontak fisik dengan pemuda yang lima tahun lebih tua darinya itu.

Vaskha akan terbangun beberapa kali dan menemukan bahwa mereka belum sampai ke tempat tujuan. Vaskha sudah membicarakan niatnya untuk mencari rumah dengan paman pemilik kereta beberapa saat lalu. Dia melepaskan genggaman Claire sebentar dan mulai mengajak pria setengah baya itu bercerita.

Kebetulan sekali, paman itu memiliki kenalan di desa kecil di pinggir kota tersebut. Pemilik kereta bersedia membantu Vaskha untuk menemukan rumah yang sesuai. Lalu setelahnya mereka berdua berbincang mengenai hal-hal lain. Vaskha jadi memiliki pengetahuan mengenai dunia novel ini. Tetapi ia sama sekali tidak menemukan hal-hal yang berkaitan dengan plot novel.

Sebuh pemikiran melintas di kepala Vaskha. Sion bukanlah tokoh yang penting, dia hanyalah figuran yang kebetulan lewat dan mati begitu saja. Dia tidak memiliki pengaruh berarti terhadap plot, jadi kecil kemungkinan ia akan bertemu dengan karakter-karakter dalam novel. Dia juga sudah meninggalkan kota kerajaan, jadi kesempatan untuknya bertemu dengan penjahat utama akan semakin menipis.

Meskipun Vaskha sebenarnya ragu dengan hal itu karena dirinya tidak mengingat plot novel ini sama sekali. Bagaimana jika ternyata dia salah dan malah bertemu dengan penjahat di desa yang ia tuju?

Genggaman Claire mengerat hingga membuat Vaskha mengalihkan perhatiannya. Dia tidak boleh berpikir seperti itu. Lebih baik dia memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak agar ia dan Claire bisa hidup dengan nyaman.

Ya. Hal itu jauh lebih penting daripada berkutat dengan ketakutan tidak berarti. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya?

Persetan dengan plot novel, pemeran utama wanita, pemeran utama pria dan penjahat. Dia hanya perlu hidup bahagia dengan adik barunya. Dan jika beruntung, Vaskha bisa menemukan pasangan nantinya.

Hidup di pinggir kota yang asri bersama dengan istri dan anak-anaknya. Menikmati kehidupan yang aman dan tentram. Terdengar menyenangkan. Meskipun sedikit rasa sakit muncul di hati Vaskha karena mengingat orang tuanya.

"Claire, kau suka makan apa?" Tanya Vaskha membuka pembicaraan.

Claire terlihat berfikir, keningnya mengkerut. "Aku suka semua. Apapun yang kakak berikan, aku suka."

Vaskha terkekeh senang mendengarnya. Adiknya ini sangat lucu. Lucu sekali. Dia senang punya saudara.

"Baiklah. Nanti akan ku masakkan makanan enak untukmu!" Ujar Vaskha senang. Hati kecilnya merasa bangga.

"Kakak Sion bisa memasak?" Claire memiringkan kepalanya lucu ke arah kiri di atas bantalnya.

"Tentu saja bisa! Apapun yang ingin kau makan, akan ku masakkan untukmu!" Vaskha mengelus kepala pemuda itu lembut.

Claire tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Gigi putihnya yang rapi terlihat dan itu sangat lucu di mata Vaskha.

"Yeay! Kakak adalah kakak terbaik di seluruh dunia!" Ujar anak itu senang.

Ribuan panah berwarna merah muda tertancap di hati Vaskha saat melihat senyuman dan mendengar pujian itu. Tidak apa-apa dia dipindahkan ke dunia asing ini. Atau tidak apa-apa dia diteror oleh kematian Sion yang tertulis dengan jelas dalam novel. Asal ada Claire, Vaskha rasa dia akan baik-baik saja. Dia punya alasan untuk berjuang agar tetap hidup, Vaskha sangat mengerti tindakan Sion yang rela melakukan apapun untuk adiknya ini.

Sekitar tiga jam kemudian, mereka pun sampai pada daerah yang dituju. Vaskha keluar meninggalkan Claire di dalam kereta bersama dengan seorang pelindung yang ia sewa. Dia bersama dengan paman pemilik kereta dan pelindung lainnya pergi untuk mencari kenalan paman pemilik kereta itu.

Mereka bertanya kepada beberapa orang sebelum akhirnya berjalan menuju salah satu rumah yang cukup besar disana. Sangat menonjol di antara rumah kecil di sekitarnya.

Pemandangan disini sangat bagus. Pegunungan terlihat jelas dan udara sangat segar. Terlihat seperti desa dan perkampungan yang ada di kepala Vaskha. Anak-anak berlarian dan bermain, ada hewan ternak di setiap rumah dan juga kebun kecil berisi sayuran dan buah-buahan.

Vaskha menatap berbinar pada pemandangan itu. Dia dengan semangat menyalami pemilik rumah yang akan dibelinya.

"Ada sebuah rumah di pinggir sungai. Baru saja dibangun dan pekarangannya juga bagus. Aku akan membawamu untuk melihatnya." Ucap seorang pria dengan janggut putih kepada Vaskha yang tersenyum ramah.

"Baik pama Albert. Silahkan tunjukkan jalannya." Ujar Vaskha sopan.

Paman Albert adalah orang yang cukup terpandang di desa ini. Vaskha tidak tahu kekuatannya apa, tetapi dia kelihatan kuat. Dari yang Vaskha dengar dari paman pemilik kereta, paman Albert juga memiliki tanah dan rumah dimana-mana. Jadi membangun hubungan yang baik dengan paman Albert akan menguntungkan bagi Vaskha.

Mereka berempat berjalan menuju rumah yang di maksud. Memang benar, rumah ini tidak terlalu besar dan dibangun menggunakan kayu dan batu yang kuat. Vaskha jatuh cinta dengan desain dan pemandangan di sekitar rumah yang sangat nyaman. Paman Albert membawanya masuk untuk melihat bagian dalam rumah. Terlihat sederhana tetapi Vaskha sangat menyukainya juga. Dia bahkan sudah bisa memikirkan barang-barang apa saja yang akan menghuni rumah ini. Ada dua kamar, satu ruang tamu, satu dapur dengan kamar mandi sederhana di dalam rumah. Sangat pas dengan yang diinginkan Vaskha.

Pekarangannya luas dan agak jauh dari pusat desa. Ada sungai di dekatnya dan ini terlihat sangat nyaman dan asri.

Vaskha segera menanyakan harganya. Rumah ini seharga tiga puluh koin emas. Harga yang cukup mahal dan uang yang dimiliki Vaskha tinggal tiga puluh enam koin emas lagi.

"Paman bolehkah aku membayar dua puluh lima koin dulu?" Pinta Vaskha terlihat menyedihkan.

"Aku berjanji akan membayarnya setelah dua bulan kemudian." Vaskha bahkan tidak yakin dengan kata-katanya, tetapi coba saja dahulu. Dia kesini juga modal nekad.

"Dia ini adalah anak tanpa kekuatan dan masih memiliki adik yang cacat, berilah ia keringanan." Bujuk paman pemilik kereta pada paman Albert.

Vaskha berterima kasih dalam hati kepada paman pemilik kereta. Dia berharap, paman Albert akan setuju.

Paman Albert terlihat berpikir dan menatap Vaskha yang cukup kurus dengan pakaian seadanya. Dia menjadi kasihan dan memikirkan lagi Vaskha masih memiliki adik yang cacat.

"Baiklah. Tapi tidak lebih dari dua bulan, oke?"

Mata Vaskha berbinar bahagia, dia melompat di tempatnya dengan senang hingga menimbulkan senyum tipis dari ketiga orang dewasa di sekitarnya. Bahkan pelindung merasa bahwa anak ini cukup lucu.

Kesepakatan dibuat. Vaskha membayar dua puluh lima koin emas kepada paman Albert dan rumah itu menjadi miliknya. Meskipun masih kredit, tetapi akhirnya dia memiliki rumah untuknya dan Claire.

Paman Albert ikut membantu Vaskha memindahkan barangnya bersama dengan paman pemilik kereta dan dua pelindung yang ia sewa.

Claire nampak gugup saat dirinya diangkat oleh paman Albert. Vaskha melapisi lantai di kamar dengan kasur Claire di rumah sebelumnya. Lalu paman Albert menurunkan Claire dengan hati-hati.

Pemuda pirang itu berterimakasih dengan malu-malu pada orang dewasa itu dan paman Albert tersenyum sambil mengelus bagian belakang kepalanya.

Acara pindahan selesai. Vaskha mengantarkan paman pemilik kereta dan dua pelindung itu ke depan pintunya. Dia melambaikan tangannya dan mengucapkan terima kasih kepada mereka.

Vaskha menatap rumah kecilnya bangga. Ia akan memulai hidup barunya disini. Sedikit keraguan dan ketakutan di hatinya ia tekan. Dia pasti bisa hidup dengan baik ke depannya. Vaskha akan berusaha hidup sebagai Sion yang baru disini. Mungkin dia juga akan menggunakan nama Sion ke depannya.









To be continued

Vaskha mau punya istri? Oh tidak semudah itu sayang 😽

[BL] Into Your WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang