3. Smash or Pass?

3.9K 423 18
                                    

"Townhall, ayo naik." ucap jaemin yang tiba-tiba muncul di hadapan Haechan.

Seperti biasa, baik jaemin atau haechan selalu enggan untuk datang ke kantor bila tidak ada keperluan yang mendesak. Dan mengingat kantor mereka mengadakan townhall offline hari ini, setelah sekian lama townhall selalu diadakan online, mereka pun dengan terpaksa harus berangkat ke kantor.

"Naik duluan deh lo, gue ada additional request dari regional." ucap haechan kepada jaemin. Wajahnya nampak serius dan ada kerutan di dahinya.

Jaemin yang sadar kalau temannya sedang dalam mode tak bisa diganggu pun memilih untuk menurut.

"Yaudah, gue naik duluan ya." dan jaemin berjalan meninggalkan haechan yang masih berkutat dengan laptopnya.

Sebenarnya, haechan bisa saja membawa laptopnya ke lantai 18, tempat townhall diadakan. Namun, dia teringat bahwa di townhall sebelumnya, seseorang dari tim operation mendapat sindiran karena masih membuka laptop di saat C-level sedang menjabarkan target perusahaan. Dan haechan tentu saja tidak mau hal tersebut terjadi kepadanya, jadi lebih baik dia menyelesaikan pekerjaannya dulu sebelum bergabung dengan yang lain di atas.

——————

Lima belas menit sudah berlalu semenjak Jaemin meninggalkannya, dan haechan akhirnya selesai dengan apa yang sejak tadi ia kerjakan.

'Ohh baru 15 menit, harusnya masih sesi basa-basi' batin haechan.

Haechan pun dengan cepat merapikan beberapa barang di atas mejanya, menyimpan laptopnya pada laci yang terdapat di bawah mejanya,  kemudian berlari kecil menuju lift dan dengan cepat menekan tombol lift.

Ting!

Suara denting terdengar tepat setelah haechan menekan tombol, dan pintu lift di depan haechan pun terbuka menampilkan sosok mark di dalamnya.

"Lah? Lo belum ke atas?" tanya mark langsung saat melihat haechan.

"Belum. Tadi ada kerjaan. Lo?" kini haechan yang balik bertanya sambil kakinya melangkah maju memasuki lift.

"Tadi gue udah ke atas, cuma erza tiba-tiba ga enak badan. Jadi gue anterin turun ke klinik." ucap mark dan haechan pun mengangguk dan sebuah senyum miring muncul di wajahnya.

"Kenapa senyum lo begitu?" tanya mark dengan tatapan menyelidik pada haechan.

"Hahahha gapapa. Jadi lo sekarang deketnya sama erza?"

"Emang kalau nolongin orang, harus deket dulu ya chan? Meski ga deket, kalau gue liat orang sakit, gue pasti tolongin kok." balas mark dengan nada yang entah kenapa terdengar kecewa di telinga haechan

Merasa bersalah karena tiba-tiba judgmental dengan sikap baik mark terhadap orang lain, haechan pun dengan cepat kembali membuka mulutnya. "Ehh? Nggak. Aduhh maksud gue bukan gitu. Maksud gue... Arggh, nevermind. Sorry, my bad."

Hening sesaat dan haechan tak tau bagaimana memecahkan keheningan ini. Dirinya terlanjur merasa bersalah, dan sialnya entah mengapa lift terasa begitu lama bergerak.

"Mark, maaf ya. Gue gak maksud." cicit haechan kecil, mencoba membuka suara kembali.

Dan beberapa detik setelahnya, sebuah tawa muncul dari samping haechan, yang tentu saja adalah mark. Dan haechan yang sejak tadi sudah merasa bersalah, langsung memutar tubuhnya menatap mark dan memberikan tatapan penuh tanda tanya.

"Hahahhaha, bercanda anjir. Ya ampun lo harus liat muka lo dari tadi kaya bersalah banget. Mana pake nunduk segala lagi. Jadi ga tega kan gue." ucap mark masih dengan tawa yang tak henti.

"Hah?" haechan masih mencoba memahami mengapa mark tertawa

"Hahahaha, gue ga tersinggung kok sama omongan lo. I told you last time, gue udah terbiasa sama penilaian negatif orang-orang soal gue. Jadi ya gue kebal. Tapi sumpah, lo gampang banget digodain. Muka lo lucu banget tadi pas ngerasa bersalah" lanjut mark di sela-sela tawanya.

Birtday Companion (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang