🏈 | 10. Utang 1,03 Miliar

4.6K 376 102
                                    

| ABC : Chapter 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| ABC : Chapter 10

"Kita tak ada kasus besar, ya, hari ini?" tanya Niki bersemangat memainkan keyboard komputer mencoba meniru Jungwon kalau serius. Matanya menatap layar komputer dengan layar LED sebesar dinding di depannya bergantian. Dia cukup bernafsu menunggu kasus besar.

"Berhenti berlagak, Niki-san!" ledek Hanabi. Mereka sama-sama berdarah Jepang jadi mudah akrab.

"Itu mahal, itu mahal! Kalau rusak kita kerja seumur hidup baru terbayar," sambung Daniel.

Niki mencebik sebal menyingkir dari meja Jungwon sambil mengusap kedua telapak tangannya pada celana seolah-olah 'cuci tangan' kalau kemungkinan buruk ini rusak bukan salahnya. Melihat respon Niki semua orang dalam ruangan itu tertawa. Anak itu masih tiga hari di sini, belum punya meja sendiri jadi menumpang pada meja milik Sunghoon.

"Besok mejamu datang, Niki, berlagaknya besok saja." Jungwon menyahuti.

"Mentang-mentang kalian duluan. Lihat, besok mejaku paling baru!"

"Shhh, pelankan suaramu, Niki," suruh Sunghoon sembari mezoom-in-outkan gambar di iPadnya.

Niki akhirnya menutup bibirnya mengintip pekerjaan Sunghoon. Pagi menjelang makan siang ini kasus mereka baru satu, perampokan di toko perhiasan merek terkenal. Tugas mereka hanya mencari track pelaku. Terlalu mudah, kan? Tiga puluh menit pun selesai. Karena sisanya diselesaikan oleh polisi lapangan.

"Karin, kirim saja lokasinya ke polisi langsung. Yang mau makan siang dipersilakan."

Melihat Sunghoon menyimpan alat elektronik tipis itu, Niki pun berhenti menumpang nonton. Benar-benar semudah itu, Sunghoon cuma nerima data-data kecil dari rekan-rekan yang lain tiba-tiba lokasi pelaku sudah dapat saja. Pikirannya mengawang-awang ke atap, kapan-kapan teknik tersebut akan dia coba.

Sunghoon beranjak dari tempatnya merogoh ponselnya yang bergetar sambil berjalan keluar menuju restoran apapun untuk makan siang. Bibirnya mengulas senyum tipis melihat potret Jake yang menyumpit sepotong timun dan tatapannya jatuh pada leher suaminya berhias kalung tipis yang 5 hari lalu ia hadiahi. Diusapnya foto yang baru terkirim itu dengan sayang. Sambil mendorong pintu ruangan terbuka, Sunghoon menekan tombol telepon pada kontak Jake.

"Halo, Mas Songunnya Ikeu!" sapa Jake sesaat Sunghoon berhasil keluar.

Sunghoon tersenyum hangat. "Halo, Ikeunya Maー"

"Tutup pintunya!" teriak Inspektur Shin. "Reporter, wartawan, semuanya usir!" Perintah pria itu menggelegar.

Kedua manik Sunghoon terbelalak melihat kantor yang ramai dan rusuh akan teriakan. Ia masih memproses tapi dia yakin divisinya terlewat informasi. Para pekerja berlalu-lalang, security menahan pintu kaca yang coba diterobos orang-orang berkamera dan memegang mic, belum lagi resepsionis yang frustrasi menerima telepon.

A Bit Crazy | SungJake [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang