Awal Mula

407 169 127
                                        

》HAPPY READING《

○•New Vers•○

Remang-remang sinar pagi menelusuri ruangan tempat di mana seorang gadis terlelap. Sudah lewat dari jam yang di perkirakan, ia belum juga sadar dari alam bawah sadar nya. Hal ini pun menjadi amukan seorang paruh baya yang tak lain adalah orangtua gadis itu. Pintu kamar gadis itu pun menjadi tempat sasaran nya saat ini, sibuk menggedor-gedor akses ruangan tersebut.

KDEBARR...BURR...

"BANGUN GAK KAMU! DASAR ANAK PEMALAS!"

Seperti itu lah kira-kira teriakan dan perlakuan seorang ibu yang kejam kepada sang anak. Dari dalam kamar, ringkuhan pun mulai terdengar, bunyi-bunyi peregangan tubuh juga ikut terdengar.

Gadis itu berjalan dengan separuh kesadaran untuk membuka pintu kamarnya, mata nya berkedip beberapa kali menetralkan penglihatan. Ia mengacak rambutnya pelan, lalu melewati wanita paruh baya itu tanpa sadarnya.

Wanita itu menggeram, ia menarik rambut anak nya hingga mundur beberapa langkah. "Dasar anak gak tau diri kamu, Zean!" tekan wanita itu.

Seketika Zean menunduk dengan rambutnya yang masih di genggaman wanita paruh baya yang ia sebut Mama. Tubuh gadis itu bergetar hebat, ia takut kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi.

Dengan reflek ia menggerakkan kedua tangan nya untuk menyampaikan ungkapan hati nya. "Jangan lakukan Zean dengan kasar lagi Ma, Zean mohon--" Juga bibir yang ikut menyampaikan walaupun tak bisa di dengar olehnya sendiri.

"Z-Zean tidak memakai alat pendengar, maafkan Zean Ma,"

"Sebentar, Zean akan memakai nya."

Perlahan gadis itu melepaskan tangan Mama-Nya, lalu berjalan masuk menuju tempat ia meletakkan alat tersebut. Walaupun sedikit ingin membantah Zean, wanita itu tetap mengikut dengan di iringi decakan. Sungguh kesal dan menyesal ia harus mengadopsi anak itu, hidup nya bukan menjadi lebih baik malah hancur, ini menurut nya berbeda dengan sang suami.

Di karena kecelakaan beberapa bulan lalu, Zean di nyatakan oleh Dokter tidak bisa mendengar dengan baik seperti sediakala. Namun, untuk memperlancar pembelajaran di sekolah, Zean di anjurkan untuk memakai alat pendengar tapi hanya saat jam pelajaran atau bersosialisasi kepada teman-teman. Hal ini tidak menutup bahwa Zean juga lancar berbahasa isyarat.

Zean kembali menghampiri sang Mama dengan kedua alat pendengar di telinga nya. "Maafin Zean ketiduran, Zean kecapean karena bekerja seharian kemarin Ma--"

"Alah banyak alasan kamu!" Ucap nya kasar.

Zean semakin menundukkan kepala nya karena ketakutan. "Ngapain kamu nunduk begitu? Tatap saya!" Murka nya.

"Cepat bersihkan dapur dan ruang tamu! Jangan lupa siram bunga-bunga itu di taman." Lalu meninggalkan Zean sendiri, sebelum melangkah beberapa jauh ia memutar tubuh nya dan berkata, "nanti setrika juga pakaian-pakaian yang akan di pakai minggu kedepan nya." Dengan santai ia berjalan menuruni tangga dan masuk kembali ke dalam kamar tidur nya.

Begini lah setiap hari minggu nya, bahkan bukan di hari itu saja, Zean lah yang setiap hari membersihkan ruangan-ruangan di rumah nya. Untung tempat tinggal nya ini minimalis walaupun bertingkat satu. Jadi, ia tak terlalu lelah untuk mengerjakan pekerjaan nya meskipun tetap akan lelah.

Meera, wanita paruh baya itu dan suami nya Vernon adalah pasangan yang memiliki seorang putra bernama Bintang. Awal nya hidup berjalan dengan baik dan kebahagian selalu hadir di keluarga kecil mereka. Namun, hal itu tidak berjalan lama semenjak Meera di nyatakan mengalami keguguran saat mengandung anak kedua nya dan tak dapat memiliki keturunan lagi. Vernon, ia memilih untuk mengadopsi anak perempuan yang sangat didambakan oleh nya. Anak itu adalah Zean, namun Meera dan Bintang sangat tidak menyukai kehadiran gadis malang itu. Dan kehidupan keluarga kecil pun berubah drastis, kebahagiaan berubah menjadi kesialan.

She's Not MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang