☘ Part-13 ☘

2.7K 141 126
                                    

Anyeong yeorobundeul..😍

Ini updatenya gc ada jadwal tetap mohon maklumnya ya...

Salam dari Rein dan Zifa❤

________________

Rein berjalan diikuti Davina yang membawa mangkuk berisikan bubur untuk Zifa. Dengusan kasar keluar ketika mendapati istrinya malah diam melamun membuatnya tak suka.

Zifa tadi terkejut saat bangun tangannya sudah diinfus dan kepalanya sedikit pening. Terakhir kali yang dia ingat saat merintih kesakitan di dalam kamar sampai rasa pusing membuat pandanganya semakin buram dan dia tak sadarkan diri setelahnya.

"Siapa yang menyuruhmu melamun huh?." suara barithon Rein mampu memecah atensi lamunan Zifa.

Segera tatapan mereka bertemu dan saling mengunci beberapa detik sebelum Zifa menunduk mengerucutkan bibir kesal. Suaminya yang kejam sungguh tak ada manis-manisnya membuat Zifa ingin menjambak rambut hitam legam itu dengan keras hingga rontok. Tapi tak seberani itu saat tatapannya saja membuat Zifa bergetar takut.

"Ini tuan." Davina menyerahkan mangkuk kemudian ia pamit undur diri.

Zifa masih senantiasa menunduk agar tatapan tajam itu tak menghunus ke retina matanya. Rein mendekat dan duduk di kursi kanan kasur mengabaikan Zifa yang masih menunduk dalam.

"Buka mulutmu." Zifa mendongak pelan mendengar perintah dingin Rein.

Zifa menggeleng, mendorong pelan sendok menolak suapan yang Rein berikan. Harumnya bubur justru membuat dirinya mual ingin muntah tak nafsu makan.

"Mual, gak mau makan." penolakan Zifa membuat Rein ingin marah namun dia tahan mengingat Zifa sedang tak baik-baik saja.

"Buka mulutmu Zii." kedua kalinya Rein mengintrupsi agar Zifa membuka mulut.

"Gak mau, mual."

Namun lagi-lagi Zifa menolak dengan alasan mual membuat kesabaran Rein habis.

"Buka mulutmu atau kupaksa." desisan tajam membuat nyali Zifa ciut. Segera dia membuka mulut menerima suapan dari Rein yang terkesan kaku.

"Habiskan." sebelum Zifa protes menghentikan suapan, Rein lebih dulu menyuruhnya untuk menghabiskan bubur.

Setelah Zifa menghabiskan buburnya Rein berdiri meletakkan mangkuk diatas nakas. Sebelum pergi, dia mengusap pelan kepala Zifa yang tertutup hijab membuat sang empu mematung ditempat. Kepergian Rein
Menyisakan rona pipi yang merah akibat salting. Begitupun Rein yang terkejut dengan tindakannya sendiri yang mengusap kepala sang istri. Buru-buru Rein melangkah meninggalkan ruangan. Jantungnya ikut bergetar saat dia melakukan usapan tadi.

Sebelum beranjak diundakan tangga earpiece nya menyala menandakan ada panggilan.

"Issabel sudah berada di black house tuan, namun ada kejanggalan yang masih kami selidiki." lapor Edwin.

Senyuman evil terpatri menyeramkan di wajah tampan Rein menguarkan aura iblisnya. Bergegas Rein berjalan keluar mansion, menyalakan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju Black House.

Sungguh gila seorang Alexander Reiner jika sudah berada di jalanan. Tanpa hirau akan keselamatanya dia melesat kesetanan, kerap membuat tabrakan terjadi setiap kali menancap gas mobil pasti ada salah satu yang berakhir menjadi korban keganasan kaki yang tak ukuran menginjak gas. Dia tak perduli dengan nyawa orang lain yang dia perdulikan hanyalah dia sendiri. Abigail yang selalu membereskan kekacauan yang Rein buat selalu tunduk patuh tanpa berkomentar sedikitpun. Tugasnya hanya patuh dan tunduk tanpa banyak bicara dan tanya.

Mafia Husband (Alexander Reiner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang