☘ Part-5 ☘

3.8K 161 5
                                    


Rein merasakan darahnya sangat mendidih mendengar kata yang dilontarkan Zifa dengan lantang.

Plak

Tamparan keras mendarat dipipi mulus kanan Zifa sampai sang empu tertoleh ke samping saking kerasnya.

Rein mencengkram erat dagu Zifa memaksa untuk menatap dirinya namun Zifa menutup erat kedua kelopak matannya diiringi tubuhnya bergetar ketakutan.

"Jangan meninggikan suaramu dihadapanku jika kau tak ingin kubuat tak bisa berbicara"

Setelah mengatakan itu Rein pergi dari hadapan Zifa menuju kamar miliknya.

"Sakit sekali ya Allah" ucap Zifa lirih memegangi dadanya yang jauh lebih sakit.

Sejak dirinya dipertemukan dengan Rein, rasa sakit kembali hadir dirasakan olehnya. Sepertinya takdir tak mengizinkan dirinya bahagia. Hati dan fisiknya lelah. Setelah kedua orang tuannya meninggal kebahagiaan dirinya seperti pergi begitu saja tanpa mau menatap dirinya.

Zifa menenggelamkan wajahnya dikedua kakinya menahan isakan yang tak kunjung berhenti. Sampai dia lelah dan tertidur di bawah meja pantri dapur.

Sedangkan Rein frustasi menjambak rambutnya mehanan segala amarah yang disebabkan oleh gadis yang dia tampar barusan.

"Arrrggghhhh..." Rein mengusap wajah kasar.

Setiap kali melihat air mata Zifa ada perasaan aneh yang selalu muncul menggangu hati kecilnya. Ada rasa amarah dan juga tak rela. Namun Rein tak tau kenapa harus merasakan itu.

Padahal setiap hari ada saja nyawa yang selalu memohon belas kasihannya namun satupun tak ada yang membuat dia merasakan perasaan aneh itu justru jiwa iblisnya mendominasi ingin membunuh lebih.

Tanpa disadari mereka berdua Edwin melihat jelas apa yang dilakukan tuan besarnya terhadap Zifa. Ada rasa kasihan mengingat Zifa yang hanya ingin menghentikan Rein meminum alkoholnya.

Tapi itulah Rein yang setiap perkataan maupun tindakannya tak ingin dibantah siapapun. Dan Edwin menyadari bahwa Rein yang terkenal kejam dan psycopat namun jika bersama Zifa selalu berusaha menahan amarahnya.

Jika tadi bukan Zifa mungkin nyawa gadis itu sudah melayang ditangan dingin seorang mafia terkejam didunia. Karna dari pengawasan Edwin selama ini Rein melampiaskan amarahnya langsung tanpa memandang siapapun itu.

Ada sorot yang mungkin Rein sendiri tak pernah menyadari itu bahwa dirinya khawatir akan keadaan wanita itu.

Allah begitu hebatnya menyambungkan tali takdir diantara keduannya tanpa mereka sadari. Hati mereka tertaut sejak pertama kalinya Rein melihat sorot mata Zifa yang bahkan tak dimiliki wanita lain yang pernah dia temui selama ini. Begitupun Zifa sorot kejam Rein selalu membuat hatinya berdetak tak karuan. Antara takut dan gugup dirinya tak tau sebabnya.

Keesokan paginya maid yang bertugas didapur terkejut melihat nona mereka terduduk sambil menenggelamkan kepala dikedua kakinya.

"Nona bangunlah, kenapa nona tertidur disini" ucap cemas maid tersebut sambil mengguncang bahu Zifa dengan pelan.

Namun setelah 5menit berlalu masih tak ada sahutan maid tersebut berusaha mengguncang lebih keras.

Bruuk

"Astaga nonaaaa"

Maid tersebut panik ketika Zifa ambruk kesamping. Segera diperiksa pernafasannya dan ternyata masih ada.

"Huft masih bernafas. Tolong panggilkan tuan Edwin nona Zifa pingsan cepaaat" perintahnya kepada rekan sesama maid.

Mereka tak bisa melapor kepada Rein langsung karna dijam 05.00 pagi Rein masih tertidur. Mereka takut membangunkan singa yang masih pulas menyelami alam mimpi jika mereka masih sayang dengan nyawa.

Mafia Husband (Alexander Reiner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang