🟫
Kali ini Renjun yang terlihat murung. Padahal hari ini ulang tahun Jaemin dan mereka semua sedang ditraktir, Haechan ikut bergabung karena diajak temannya itu. Dan dengan senang hati, Haechan pun mau karena dia bisa mendapatkan makanan gratis.
Tapi satu hal yang membuat Haechan kebingungan. Pasalnya dari pagi saat mereka berjumpa, Renjun sudah terlihat tidak baik-baik saja.
"Lo kenapa? Dari tadi gue lihat asem melulu, di kelas juga kayak gitu." karena penasaran menumpuk, Haechan bertanya sembari melihat tiga teman sekamar temannya itu.
"Ya gimana nggak bad mood Chan. Tadi malam kami berempat maen buat dapetin treasure di Astoria, dan dengan ajaibnya kami berhasil, treasure yang kamu dapetin itu ya dibagi rata." Jeno menjelaskan.
"Terus? Bukannya kalau lo pada dapat treasure harusnya senang ya? Kok malah nggak semangat gini?"
Jaemin helas nafas, ia beritahu pada dua lainnya biar dia yang menjelaskan.
"Gini Chan, emang kita dapat treasure dan itu nggak sedikit. Dan kita semua dapat Gil yang lumayan, tapi pas kami balik ke kota. Tiba-tiba ketua guild dari Renjun datang dan minta hadiah yang Renjun dapetin. Ya Renjun nggak mau karena dia maen sendiri, eh tiba-tiba BloodEater dateng yang dimana tu temenan sama leader guildnya Renjun."
"BloodEater lagi." - Haechan.
Renjun tampak tak semangat mendengar cerita. Masalahnya item yang dia kumpulkan itu samgat dia jaga dan sangat perlu kerja keras untuk mendapatkannya. Karena aturan dari ketua guild ditambah dengan adanya ketua guild yang mendukung tentu saja dengan mudah aturan itu dapat disahkan. Alhasil item yang dimiliki Renjun lenyap serta Gil yang dia punya sudah tak sebanyak dulu.
"Kok gue merasa nggak adil ya?"
"IYA KAN!" Renjun bangkit memeluk Haechan seolah sedang menangis, "lo tau kan Chan seberapa gue seneng banget maen Astoria, dan usaha gue buat ngumpulin item yang gue bisa? Dan dengan gampangnya si ketua brengsek itu ambil item dan Gil gue? Sekarang gue udah nggak jadi bagian guild, gue udah keluar. Coba saja si BloodEater itu juga nggak ikut campur! Sekarang gue harus ngumpulin semuanya dari nol lagi."
"Makanya gue males masuk guild." celetuk Haechan tanpa sadar namun tidak ada yang menyadarinya.
Inilah alasan kenapa Haechan lebih senang bermain solo, karena pada guild itu ada saja orang-orang yang egois. Peraturan yang sering diubah, dan pasti ada penindasan. Haechan benar-benar tidak suka, dan sekarang temannya yang jadi korban terlebih lagi ada campur tangan BloodEater. Kali ini ia ingin memberi pelajaran pada akun itu.
"Gini aja deh, gue punya ide kalau lo mau Njun." Haechan angkat tubuh Renjun yang bersandar padanya, suruh duduk anteng dan ia akan bicara.
"Gimana kalau lo tantang aja tu si ketua guild lo. Gimana? Tapi lo semua harus ikut." tunjuknya pada yang lain. "Gue punya ide, lo bisa bawa ketua guild itu ke arena tarung mau?"
Renjun tampak melotot begitupun dengan yang lain.
"Arena tarung? Gila aja lo Chan, lo tahu darimama kalau ada arena tarung? Di sana tu tempat pemain-pemain kelas atas asal lo tahu." Chenle tidak menerima usulan Haechan.
"Percaya deh sama gue, gue tahu aja karena gue penasaran dan sering keliling aja sih. Setahu gue di arena tarung bukan kayak adu jotos doang, bakal ada permainan lain kan kalau kedua belah pihak menyetujuinya? Please percaya sama gue, dan gue butuh lo semua di sini. Dan gue jamin lo semua juga dapat keuntungan. Kalau bisa lo pancing si BloodEater itu juga, bukannya dia temen ketua guild lo?"
Renjun masih mencerna apa yang dimaksud oleh Haechan, "iya....iya gue bisa aja sih koar-koar di sana. Cuman gimana cara mancing si BloodEater buat ikut? Gue bukan apa-apa kalau dibandingin level dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[PRSNT - 4K] Open World
Fanfiction[COMPLETED] [Game] [Semifantasi] Haechan adalah mahasiswa biasa di kampusnya, tapi dia adalah pemain terbaik di dalam dunia game. Tidak ada yang tahu bahwa dia adalah pro-player yang sangat diincar pemain lainnya.