🔐014_ Love Bird, unlocked (end)

1K 125 16
                                    

DAN lagi, Mark selalu membawa Haechan ke tempat-tempat yang tak bisa ditebak olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DAN lagi, Mark selalu membawa Haechan ke tempat-tempat yang tak bisa ditebak olehnya. Selalu tempat-tempat tersembunyi yang tak disangka-sangka. Contohnya sekarang, Mark bukan membawanya ke cafe atau tempat kebanyakan didatangi oleh orang-orang di tengah kota.

Bukan tempat mewah, hanya saja tempat ini sangat menakjubkan. Tidak ada lampu-lampu hias yang menggantung, hanya ada langit berhias awan putih kelabu, lampu-lampu kota yang memanjakan mata indah untuk dipandang.

"Gue heran lo tahu tempat-tempat ini dari mana?" Haechan duduk pada kain yang digelar di tanah, dibawa di dalam ransel yang digendongnya tadi di perjalanan.

"Gak tau juga, yah bilang aja kalau gue tuh kayak bocah petualangan. Gue kalau suntuk atau stress demen banget jalan-jalan, entah itu kemana gue nggak ada tujuan taunya jalan aja. Malah nemuin tempat-tempat yang kayak gini. Tapi gue seneng sih." Mark meminum soda kaleng yang berada di tangan.

Haechan hanya mengangguk menekuk lutut dan dipeluknya erat. Cuaca memang sedikit dingin tapi dia menikmatinya, dengan makanan ringan sebagai pelengkap dan minuman soda. Suasa seperti ini sangat menyenangkan, apalgi Haechan tak pernah mengalami hal-hal seperti ini.

"Gue masih nggak nyangka, kalau gue ketemu sama sosok Mighty di dunia nyata. Niat awal cuman mau seneng-seneng doang maen Astoria, cuman nggak taunya kayak gini. Gue juga dapet temen-temen baru." Haechan tatal lurus pemandangan di depannya, ada binar di sana. Ada senang dan kelegaan yang terlihat.

Mark mendengar satu kesunyian di samping dirinya. Kini tatapannya beralih dari langit ke sisi kanan dia berada, dilihatnya Haechan menikmati malam ini dalam beban yang terangkat di pundak.

"Chan gue boleh nanya nggak?"

Yang ditanya alihkan pandangan menatap sang penanya.

"Apa?"

"Kenapa lo seneng banget maen solo player? Dan kenapa lo terlalu menutup diri dari dunia luar, maksud gue sebelum lo ketemu sama temen-temen lo yang sekarang. Bukannya temen lo cuman Renjun?"

Haechan diam lalu tersenyum semenyejukkan itu bagi Mark, dia balik arah lagi tatap lampu-lampu kota yang jauh di bawah sana. Haechan menatapnya seolah menerawang jauh sebelum kejadian dia bertemu dengan Mark, diam beberapa saat sebelum dia buka suara.

"Lo tau nggak Mark, gue bukannya sombong ni ya. Gue kan lumayan pinter nih. Emang jarang keluar juga, dulu waktu SMA gue tu selalu dapet juara kelas maupun umum. Banyak banget yang mau temenan sama gue, ya sebanyak itu. Tapi ternyata mereka cuman manfaatin gue aja, dan dulu gue pernah suka sama seorang cowok. Gak taunya dia ngetawain gue di belakang gue dan bilang gak apa-apa deket sama gue, akibat gue sering bantuin dia. Dia dapet masuk sepuluh besar, bego banget gue waktu itu." Haechan tarik nafas kembali menerawang lebih jauh, "dan Renjun adalah definisi temen yang bener-bener temen. Pas gue protes sama yang lain mereka malah balik bully gue? Dan cuman Renjun yang bela gue walapun dulu gue sama dia beda kelas. Gue sampai ikutin dia masuk di kampus dan jurusan yang sama ya karena gue gak mau pisah sama dia."

[PRSNT - 4K] Open WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang