"Tanggal lahir?"
"7 November."
"Alamat?"
"..ini tidak seperti apa yang ku bayangkan."
"Jawab saja.
Namanya juga sesi perkenalan.
Kita pasangan. Masa iya tidak tau alamat masing-masing.""Kalau pun tau, untuk apa?"
"Untuk ku ajak kencan, mungkin."
"Kan bisa ketemuan di tempat. Kenapa harus-"
"Oh astaga tuhan kesabaranku habis."
Jun mengusap wajahnya kasar seraya bersandar di kursi, tidak mengindahkan tatapan penuh tanya Minghao juga gelap malam di luar tanda semakin larut.
Ya, entah sudah berapa lama ia di sini.
Tapi hubungan mereka baru sejauh perkenalan. Setidaknya itu yang bisa dilakukan, karena kondisinya belum memungkinkan untuk melangkah lebih jauh.
Tapi masalahnya, obrolan mereka selalu diakhiri oleh perlawanan Minghao tiada habis seperti tadi.
Mungkin ini sebabnya kunjungan Jun jadi tiada sudah dan makin lama.
"Aku menyerah. Gantian kamu saja yang tanya kalau mau tau sesuatu tentangku."
"Kenapa kau merokok?"
"Seriously?"
"Ingatan terakhirku tentangmu adalah laki-laki tempramen yang tidak suka rokoknya diambil. Jadi aku penasaran. Kenapa kau suka merokok?"
"Tidak bisa dijelaskan.
Kau harus mencobanya sendiri supaya mengerti.""..mana?"
"Hah?"
"Rokok. Kau punya?"
"....."
"Aku mau mencobanya."
Hening sejenak sebelum pemuda itu terlihat merogoh saku celananya. Mengeluarkan satu kotak rokok bermerk, dilihatnya sebentar, kemudian dilempar pelan ke arah Minghao yang menangkapnya dengan mudah.
"Eh, ini bukan yang aku sita waktu itu?"
"Hm. Waktu itu cuma cadangan.
Ini yang biasa aku konsumsi sehari-hari.""Kadar nikotinnya tinggi sekali.."
"Masih mau coba?"
Ada keraguan terlihat kala sosok yang duduk di atas ranjang rumah sakit meneguk ludah tiba-tiba. Makanya Jun refleks terkekeh, merebut kembali rokoknya dari tangan Minghao, pindah posisi kini duduk di sisinya guna berbicara dengan nada suara rendah.
"Aku tidak bawa korek. Lain kali saja kalau mau coba."
"..y-ya."
"Ayahku perokok.
Waktu umurku 12 tahun, aku penasaran. Diam-diam menyicipi sedikit bekasnya.""Lalu?"
"Lalu aku bangga.
Aku merasa dewasa karena sudah pernah merokok.
Tapi teman-temanku tidak ada yang percaya. Makanya aku beli sendiri, merokok di depan mereka, dan yah.. malah jadi kebiasaan.""12.. sudah 6 tahun berarti kau kenal rokok."
Jun mengangguk.
Kepalanya refleks merunduk kala Minghao mengangkat tangan, meletakkannya di dada Jun dengan pelan.Tak ada pergerakan.
Hanya ada detak jantung manusia normal saja di sana.
"Kau sudah merusak paru-paru mu selama 6 tahun."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Dislike My Boyfriend [JunHao BxB]
Fanfiction"How come they're dating but not loving?" JunHao BxB Alternative Universe School life