Seseorang sedang bahagia hari ini.
Dari gesturenya yang kerap kali bersenandung di waktu senggang, menebar senyum ke sembarang orang, juga datang ke kantin pada waktu makan..
..Jihoon, Seokmin, Soonyoung kompak menyatukan pandangan. Saling memberi sinyal tentang matahari yang baru saja datang di tengah mereka.
"50 ribu, sesuatu pasti terjadi kemarin di rumah pacarnya."
"100 ribu, mereka ciuman."
"200. Mereka tidur bersama."
"Satu juta. Kalian semua salah."
Timpal Junhui, alias orang yang sedari tadi sedang cerah kelihatannya.
Tentu saja menghasilkan tatapan semakin bingung oleh tiga orang di sekeliling.
"Ini bukan tentang hubunganku dengan Minghao.""Lalu?"
"Ayah Ibu ku akan makan malam bersama besok."
"......"
".........."
"Aku juga ikut. Aku yang buat rencana supaya mereka bertemu-"
"Kau mau aku ikut, Jun?"
"Ya. Akan aku temani."
"Jam berapa? Aku bisa luangkan waktu semalaman untukmu."
Senang rasanya punya teman yang cukup banyak tau tentang kehidupan juga masalahmu.
Tapi kali ini, Jun menggeleng. Bukannya tidak bersyukur, namun ia ingin coba benahi sendiri keluarga berantakannya.
Tidak perlu merepotkan orang lain, selagi ia bisa sendiri yang jalani.
"Aku hubungi saja kalau tidak sesuai rencana, ya."
"Misalkan?"
"Misal, restonya kebakaran di tengah makan malam."
"Mulut mu."
"Tapi kenapa tiba-tiba.. kau tau, ingin akur?
Dulu kau terlihat acuh apapun yang terjadi dengan mereka."Junhui diam sebentar. Kepalanya membenarkan kalimat gamblang Soonyoung selagi merekam memori lama.
Tentang bagaimana ia yang tidak pernah bertanya alasan mereka pisah.
Tentang bagaimana ia hanya memercayai sekelebat ingatan kecil saja tanpa menempatkan diri sebagai kedua belah pihak.
Tentang betapa masa bodonya dia, seakan orang tua bukanlah bagian dari kehidupannya.Mungkin ia hanya egois selama ini, atau memikirkan orang lain menurutnya cukup melelahkan jadi tidak perlu repot melihat mereka berantakan.
Padahal setelah dipikir lagi, mungkin..
Mungkin ada yang bisa Junhui bantu walaupun sedikit. Setidaknya merapihkan sesuatu yang berantakan memang tidak selamanya berarti menempatkan mereka di tempat awalnya berada.
"Aku rasa.. semua berkat Minghao."
"Lihat wajah ku.
Apa aku terlihat percaya?""Explain, Jun.
Kita don't understand.""Nanti saja.
Panjang umur, orangnya di sini."Semua mata kompak tertuju pada satu orang yang baru memasuki kantin.
Empat kepala, namun yang langsung terkunci dalam pandangan Minghao -alias sosok yang baru datang ini, tentu saja hanya satu orang.
Makanya ia langsung membalikkan badan, pergi secepat kilat berusaha tidak satu ruangan dengan sosok yang tadi sempat bertukar pandang.
"Bukankah dia melihat Jun tadi?"
"Kau yakin yang dia lihat itu Wen Jun? Bukan setan?
Kenapa kabur kalau begitu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
I Dislike My Boyfriend [JunHao BxB]
Fanfiction"How come they're dating but not loving?" JunHao BxB Alternative Universe School life