Malamnya Cantika harus mencatat semua bahan makanan yang harus ia beli untuk pesanan catering Raja. Saat sedang sibuk menghitung dan mencatat tiba-tiba ayahnya datang memberi tahu jika Raja datang lagi.
"kenapa yah?"
"seperti biasa dia makan disini"
"apa dia tidak pernah bersama keluarganya?" meskipun Cantika mengucapkan kalimat tersebut dengan gumaman ayahnya dapat mendengar celetukan Cantika.
"jangan berkata begitu, itu bisa menyinggung perasaannya"
"aku hanya bingung ayah, apa orang kaya selalu sibuk"
"dengar Cantika mungkin keluarganya tidak seperti keluarga kita setiap keluarga pasti punya cara tersendiri untuk membangun keharmonisan keluarganya"
"oooh begitu ya"
Tanpa disadari Raja mendengar ucapan Cantika dan ayahnya.
"punya cara tersendiri untuk membangun keharmonisan keluarga ya? aku bahkan tidak pernah tau apa itu keluarga" bisik Raja didalam hatinya.
"nak Raja bisa tunggu didalam bersama Cantika selagi pesanannya masih saya buatkan"
Raja tersenyum dan mengangguk lalu menghampiri Cantika yang sedang duduk dilantai dan tangan yang sedang menulis dimeja. Raja mengambil tempat duduk di kursi bersebelahan dengan Cantika.
"duduk atas"
"aku lebih suka disini"
"aku terlihat tidak sopan kalau begitu"
"tidak apa-apa santai saja"
Keadaan rumah pak Amar kembali sunyi Cantika yang sibuk dengan pekerjaannya dan Raja yang sibuk dengan makanannya.
Ting! ting!
terdengar suara notifikasi dari ponsel Cantika belum sempat Raja melirik Cantika sudah mengambil ponselnya dan membalas pesan itu.
"dari siapa?"
"dari seseorang"
Raja tidak tertarik untuk bertanya lagi. Setelah membalas pesan tersebut Cantika kembali melihat Raja yang sedang makan.
"kenapa?"
"besok aku tidak akan masuk sekolah"
"kenapa? acaranya malam"
"aku harus mempersiapkan semua pesananmu"
"sendirian?"
"iya, bukan hal berat untukku, jadi apa besok aku bisa titip surat izin padamu jika kamu tidak mau tidak apa-apa aku bisa datang ke sekolah--
"berikan saja suratnya" Sudah jerah dengan mulut bawel Cantika akhirnya Raja memutuskan ucapan gadis itu.
"terimakasih Raja"
"apa kamu sanggup menyelesaikan semuanya sendiri?"
"aku sering melakukannya meskipun ini baru pertama kalinya aku menerima pesanan dengan jumlah yang benar-benar besar, enam jenis menu prasmanan belum lagi minuman dan hidangan penutupnya aku yakin aku bisa"
"aku bisa meminta pembantuku untuk membantumu jika kamu mau"
"aku rasa itu tidak perlu"
"apa kamu suka memasak?"
"ketimbang suka memasak aku hanya merasa aku harus memasak untuk melanjutkan hidup"
"bagaimana dengan ibumu?"
"ibukku didalam, aku dan ayah memang tidak pernah memperbolehkan ibu untuk mencari uang biarlah itu menjadi tanggung jawab ayah sebagai tulang punggung dan tanggung jawabku yang sudah dewasa untuk membantu ayah"
Raja termenung cukup lama mendengar ucapan Cantika.
"ada yang mengganggu pikiranmu?"
"tidak ada"
"aku masuk dulu ya Raja maaf tidak bisa menemani"
"iya"
"selamat malam Raja"
Cantika melangkah memasuki rumahnya dan menuju kamarnya sekarang tinggal Raja sendirian diruang tamu rumah pak Amar tersebut.
"nak Raja jangan melamun"
"tidak kok pak" Raja tersenyum dan pamit ingin pulang.
Selama perjalanan Raja merasa pikirannya kosong seluruh tubuhnya seperti melayang entah kemana setelah mendengar ucapan Cantika.
"apa jadinya jika ibu menjadi ibu rumah tangga ayah yang bekerja dan aku tetap sekolah seperti selayaknya tanggung jawab setiap keluarga" kalimat itu yang terus berputar dikepalanya.
"sepertinya tidak mungkin itu terjadi" Raja tertawa miris melihat fakta yang tidak banyak diketahui oleh orang lain tentang keluarganya.
*-*
02/07/2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyesal • Park Jay
FanfictionPark Jay Lokal [3/7] "aku minta maaf" ada banyak hal yang tidak diketahui Raja Erlano tentang gadis bernama Cantika Maharani. simak saja kisahnya. .. Baku Tidak Baku .. Start : End : #7 gaeul 4jun2023