7*

27 0 0
                                    

Malam harinya semua orang tampak gembira menikmati serangkaian acara yang diadakan oleh keluarga Abrisam. Terlihat si pemilik acara sedang gugup karena duduk bersebelahan dengan gadis yang ia kagumi.

Memandang dari jauh dengan tatapan iri, bukan iri karena Raja menyukai gadis itu tapi dia iri tidak bisa seperti mas Hanan nya itu yang dengan bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri berbeda dengan dirinya.

"kenapa?" tanya Kaila.

"hanya memandang mas Hanan dan mbak Sania"

"kamu ingin seperti mereka?"

"tidak juga"

"aku ingin mengambil dessert kamu mau juga?"

"tidak, kamu saja"

"baiklah"

"tapi tumben sekali kamu mau makan buatan orang lain"

"aku tau untuk konsumsi kali ini kamu yang mengatur jadi aku tidak akan ragu depan pilihanmu"

Raja hanya mengangguk andai saja Kaila tau.

Raja berjalan ingin menghampiri mas Hanan untuk memberikan selamat dan disusul dengan Gio serta Fabian untuk berbincang dengan kedua keluarga yang sedang berbicara serius itu.

"mbak Sania bisa ke kamar mas Hanan saja kalau lelah"

Terlihat Sania melihat Hanan dengan Ragu.

"gandeng tangan calon istrinya mas, dia lelah" saran Raja.

"atau kalau perlu digendong aja" kali ini saran dari Fabian.

"kamu jangan gila" sentak Gladys.

"aku hanya memberi saran, berjalan menaiki tangga akan membuat mbak Sania semakin lelah kan" Fabian.

"suara kalian membuatku lelah" Hanan menggenggam tangan Sania dengan sedikit canggung lalu mengajaknya menuju kamar untuk istirahat.

"pada akhirnya saranku yang berguna" Raja.

"kalian semua gila"

"kalian datang tidak membawa pasangan masing-masing?" tanya Luna ibu dari Gio.

"ini Tante" Fabian menarik bahu Gladys untuk dirangkulnya.

"bukan Tante" tolak Gladys.

"kalian?"

"dia sedang ada masalah" jawab Gio.

"kamu ada pasangan?"

sial, sejauh ini yang mengetahui dirinya menjalin hubungan hanya para saudaranya.

"kamu punya kekasih tapi bunda tidak tau?"

"besok ku kenalkan, hehehe" jawab Gio dengan kekehan menyebalkannya.

"kalau kamu?" tanya Luna pada Raja.

"saya tidak ada Tante"

"pasti karena orang tua mu kan? tidak apa-apa lawan saja semua perintah orang tua itu"

"memang kenapa dengan Om dan Tante?" Gio.

Raja hanya bergidik bahu dengan cuek dan pergi meninggalkan kerumunan orang itu, para orang tua jelas tau apa yang dilakukan orang tua Raja pada anaknya dan mereka membenci sifat itu.

"mau kemana?" tanya Fabian dengan sedikit berteriak.

"makan, aku lapar" jawab Raja dengan teriakan juga.

"ada apa Bun?" tanya Gio pada Bundanya.

"tanyakan saja pada Tantemu itu"

Ditempat lain Raja sedang mencari seseorang yang sedari tadi tidak terlihat, bahkan acara sebentar lagi selesai.

"kemana dia?"

"nyari siapa?" Raja dikejutkan dengan gadis dibelakangnya dengan senyuman kecil yang tak lain adalah Cantika.

"mencariku?"

"dari mana?"

"aku dari tadi disini"

"kenapa aku tidak melihatmu?"

"aku sibuk sedari tadi"

"aku ingin makan"

"kamu bisa ambil disana" tunjuk Cantika pada stan makanan.

"kau saja yang ambilkan"

"aku tidak bisa Raja, kamu bisa lihat kan?"

"aku tidak peduli, tolong ambilkan untukku kamu tau seleraku kan" Raja berjalan pergi menuju tempat duduk yang tak jauh dari sana.

"selalu saja seenaknya" gerutu Cantika tapi tetap ia lakukan dengan mengambil seporsi curry dan air mineral. Cantika berjalan menghampiri Raja.

Setelah meletakkan makanan diatas meja Cantika kembali sibuk dengan kegiatannya.

"sesuai dugaanku kamu tidak pernah mengecewakan Cantika" gumam Raja.

semakin hari Raja semakin bimbang dengan perasaannya sendiri. Ada banyak hal yang sebenarnya ingin ia ungkapkan tapi selalu tertahan.

07/08/2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menyesal • Park JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang