21: Sebelum Adanya Pernikahan

14.3K 1.2K 178
                                    

Haii selamat pagi!

Yasfar dan Nika update lagi 🥳

Jangan lupa vote dan komen banyak-banyaak!!

💫

Yasfar tidak pernah bisa tidur di bawah jam dua belas malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yasfar tidak pernah bisa tidur di bawah jam dua belas malam. Kebiasaan itu bermula sejak kuliah dulu, tepatnya saat dalam proses menyelesaikan skripsinya. Selalu menahan kantuk dan stay di depan laptop bersama buku-buku tebal. Kalau masih nanggung, Yasfar tidak akan berhenti, itulah sebabnya ia jadi begadang terus dan berlanjut sampai sekarang. Terkadang, Yasfar pun harus menjemput kantuk dengan cara menonton sesuatu melalui ponselnya. Tidak heran terkadang, Nika terbangun dini hari dan menemukan ponsel Yasfar yang masih memutar video-video.

Sudah mengidap insomnia, diterpa beban pikiran pula. Itu yang Yasfar rasakan sekarang. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 02.12 waktu setempat. Pikiran dan hatinya sangat tidak tenang. Padahal, biasanya ia bisa menikmati tidur dalam kamar hotel yang tenang dan sejuk itu. Harusnya Yasfar sudah tidur, sebab besok pagi mereka sudah harus terbang ke Jakarta.

Sesuatu yang membuatnya tidak tenang adalah karena tanpa sengaja melihat istri dan ibu mertuanya bertemu dengan seorang laki-laki tadi pagi. Sialnya, laki-laki itu adalah orang yang dikenalnya, yaitu Faris.

Yasfar memandang Nika yang sedang terlelap. Wajahnya bersih, anggun, dan sangat damai, tetapi itu tidak bisa membuat Yasfar menjadi tenang. Justru mata Yasfar kini sudah memerah dan perih. Sudah sejak pagi ia menahannya, ingin segera melakukan sesuatu, tetapi rasanya sangat berat. Ada kecemasan yang dirasakan setelah tahu Nika bertemu dengan Faris. Namun, nampaknya Nika tidak menunjukkan reaksi apa-apa di depannya. Perempuan itu terlihat seperti biasanya.

Yasfar tidak tahan kalau hanya diam saja. Dengan amarah yang menggebu, Yasfar bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas keluar kamar tanpa diketahui Nika. Yasfar tahu siapa yang harus ia temui sekarang. Kakinya dibawa melangkah panjang menuju kamar nomor 27, yaitu kamar Dipta, Bara, dan Hengky. Sampai di depan kamar itu, Yasfar menekan bel hingga tiga kali tanpa sabar. Tidak sampai lima menit, seseorang pun membuka pintu dalam keadaan mengantuk. Tepat sekali siapa yang keluar, yaitu Bara. Yasfar memang harus bertemu Bara.

"Ngapain lo?"

Tidak menjawab pertanyaan itu, Yasfar malah mengangkat leher baju Bara dengan kasar, menarik tubuhnya keluar sampai Bara terkejut dan secara mendadak menutup pintu. Yasfar menyudutkannya di tembok dengan berapi-api.

"Lo pasti tau kalau Faris udah balik dari Singapore, kan?" tanya Yasfar dengan suara bergetar, penuh penekanan.

Bara menyeringai, rupanya itu yang membuat Yasfar datang padanya tengah malam begini. "Kenapa? Lo baru tau?"

"Brengsek!" gertak Yasfar sambil mengeratkan cengkeraman di baju Bara, membuat sepupunya itu merasa terintimidasi, tetapi tidak takut sama sekali. Malah terus saja tersenyum miring untuk mengejek. "Kenapa lo nggak bilang ke gue?"

Benang Merah [Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang