13 | Match Made in Heaven

865 59 5
                                    

13 | Match Made in Heaven

𓆩ᥫ᭡𓆪

Aneh.

Thesa tidak bisa merasa berdebar atau takut lagi. Raut wajahnya dari beberapa menit lalu hanya datar saja seperti tidak ada nyawa di baliknya. Dia memandangi cincin pertunangan yang sekarang tersemat di jarinya. Beberapa waktu lalu Jaegar 'kurang ajar' Tjahradinata yang mendadak hadir itu memakaikannya cincin itu pada jari manisnya. Sebaliknya pun begitu.

Dan sekarang mereka sepasang tunangan.

Lebih buruknya lagi dia teman Gama...

Ini benar-benar sebuah malapetaka!

Seharusnya tiga puluh menit lalu Thesa memberanikan diri kabur dengan tumpangan dari Hapsari. Kalau saja dia lebih berani pasti dirinya tidak akan berakhir bertunangan sekarang. Sial sekali nasibnya.

"Gue juga terpaksa." Jaegar tiba-tiba bersuara setelah dari awal tadi mereka belum berinteraksi. Bahkan tidak ada kesempatan untuknya berganti baju. Dirinya masih memakai outer hitam dengan kaos berwarna gelap di baliknya, serta celana dengan warna hampir senada juga. Melihat penampilan Thesa yang berwarna terang semua dan Jaegar yang berwarna gelap keseluruhan membuat perbedaan di antara keduanya semakin kentara.

Perpaduan yang sangat pas, bukan?

"Kalau kakek gak nyogok pakai saham perusahaan gue juga ogah," ujar Jaegar sambil bersedekap dada dan menyandarkan punggungnya ke sofa panjang yang hanya ditempati olehnya dan Thesa.

Thesa tidak menyangka Dierja sampai menjanjikan saham perusahaan kepada Jaegar jika cucunya yang satu itu mau menggantikan sang abang.

"Tapi gue gak tertarik sama sekali sama saham perusahaan," ungkap Jaegar yang sudah sama stresnya dengan Thesa. "Jadi gue minta hal lain yang lebih menarik. Bikin studio lebih besar salah satunya."

Jaegar sampai harus mengonfirmasi alasannya agar Thesa tidak mengira ia sukarela menjadi pengganti Sadega.

"Lo kira gak capek, ya ngomong sendiri mulu?" Jaegar beringsut mendekat karena Thesa diam terus sedari tadi. "Bisa gak bicara satu atau dua kata biar gue gak tambah kesel?"

"Bacot."

"Oke, tutup mulut lo lagi."

Thesa berdecak kesal, lalu bergeser menjauh dari Jaegar yang semakin mendekat saja. Padahal sofa yang mereka tempati berdua karena dipaksa itu sudah jelas lebar dan panjang.

"Ngapain jauh-jauh?" Jaegar menggeser posisinya untuk lebih dekat dengan Thesa yang sudah risih.

"Lo gak usah deket-deket," ujar Thesa ketus.

"Serah gue lah. Kenapa si harus jaim. Udah jadi tunangan juga." Jaegar berkata dengan senyum angkuh andalannya.

Ingin sekali Thesa menghantam wajah angkuh itu dengan kepalan tangannya. Kemudian tatapannya beralih ke Hartanto yang tengah mengobrol dengan pria lain yang kelihatannya seorang pengusaha juga dari bagian keluarga Tjahradinata. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Hartanto setuju saja saat Dierja mengatakan Jaegar yang akan menggantikan? Bukankah pria itu jelas menunjukkan raut tidak suka saat bertemu Jaegar pertama kali?

InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang