32 | The Archer and the Prey

611 49 3
                                    

32 | The Archer and the Prey

Happy new year🫶🏻

🎸⋆⭒˚。⋆

Sabtu pagi sekali Jaegar benar-benar menepati perkataannya kepada Dierja tadi malam. Pemuda itu hanya membawa satu ransel hitam dan tas gitarnya. Perlengkapan lain sengaja ditinggal karena pasti suatu waktu dia akan kembali lagi ke rumah ini.

Sementara Thesa tetap berada di kamarnya hingga suara motor Jaegar perlahan menghilang di luar sana. Barulah setelah itu Thesa keluar dari kamar dengan niatan menikmati udara pagi di depan rumah atau mungkin berolahraga sebentar.

Suara pintu terbuka dari kamar sebelah membuat Thesa menoleh. Perhatiannya Thesa langsung tertuju ke kabel berwarna putih yang tengah dipegang oleh salah seorang asisten rumah tangga.

"Itu chargernya ketinggalan, Bi?" tanya Thesa.

"Iya, nih. Saya lagi bersihin kamar ketemu ini. Biasanya mas Jaegar langsung balik kalau ada barang yang tertinggal. Tapi, kalau urusan kabel-kabel ini biasanya memang suka lupa bawa pulang. Itu udah buanyakk banget kabel gak kepakai disimpan jadinya," papar perempuan itu.

Thesa langsung mengusulkan, "Gini aja, Bi. Kalau pemiliknya gak balik, saya yang simpan aja. Nanti hari Senin saya balikin ke dia. Gimana?"

"Gak ngerepotin kah, Mbak Thes?" tanyanya sungkan.

"Enggak kok enggak," jawab Thesa menenangkan. "Saya simpan sekarang aja, ya, biar gak lupa."

Sekarang kabel pengisi daya milik Jaegar sudah berada dalam genggaman Thesa. Tidak heran pemuda itu meminjam charger milik Thesa beberapa waktu lalu. Ternyata memang pada dasarnya benda ini gampang terlupakan oleh Jaegar sendiri. Aneh.

Thesa masuk kembali ke kamar hanya untuk menaruh kabel tersebut, lalu dia turun ke bawah untuk menyapa Dierja. Dia sudah tahu kebiasaan Dierja setiap pagi. Pria itu bangun setiap jam lima dan akan berdiam di taman belakang sambil bermain catur, melawan dirinya sendiri. Setelah itu dia menyiram tanaman di beranda rumah tanpa terlewat satu pun.

Memang membingungkan melihat keseharian Dierja yang merupakan pengusaha. Tidak ada kegiatan yang menunjukkan jati diri Dierja sebagai seorang petinggi di kantornya. Memang terkadang Dierja berada di ruang kerja pribadinya. Namun, tetap saja dibanding Hartanto, Dierja tampak seperti kakek-kakek yang tengah menikmati masa pensiunnya.

Di lantai bawah Thesa mendengar banyak suara berbeda-beda dari luar rumah. Gadis itu tentu penasaran karena tidak menemukan keberadaan Dierja di dalam rumah. Begitu membuka pintu rumah, hal pertama yang Thesa temukan adalah wajah-wajah asing yang sepantaran dengan Dierja, dan beberapa dari mereka menggunakan topi.

"Walah, siapa itu? Cantiknya."

"Jadi teringat masa muda. Persis sama cantiknya."

"Dia ini mirip siapa, ya. Pernah lihat muka-mukanya itu. Aduhh, lupa nih! Ingat gak kalian?"

"Cucumu bukannya laki-laki semua?" Pertanyaan itu tertuju pada Dierja yang berdiri tepat di tengah teras rumahnya.

"Dierja, kau itu menikah lagi?"

Thesa membulatkan mata sedangkan pertanyaan-pertanyaan lain tenggelam akibat tawa Dierja yang menggelegar.

InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang