Delapan

1.4K 41 1
                                    

SELAMAT MEMBACA💙💙

*
*
*
😊

*
*

Sekitar jam sembilan malam, setelah menelfon dokter dan menunggu lama akhirnya dokter pun datang. Haura masih belum sadar, terkurung dalam toilet selama lima jam di tambah ia belum makan sejak pagi tadi.

"Bagaimana dok keadaannya?," tanya Gus Adnan saat dokter selesai memeriksa keadaan Haura.

"Sepertinya dia harus di infus, agar membantu dia untuk sadar. Karna keadaannya benar-benar lemas." Kata dokter menjelaskan kepada Gus Adnan dan nyai Aira.

"Apa dia belum makan?," tanya dokter lagi.

"Belum dok, Haura belum makan dari pagi sampai sekarang." Jawab Wawa dengan raut wajah khawatir.

"Mungkin itu sebabnya dia lemas dan tidak sadarkan diri," jelas dokter.

"Yaudah kalau begitu infus saja dok," Ujar Gus Adnan.

"Sebentar saya telfon rekan saya untuk mengantarkan alatnya kesini." Ucap dokter dengan mengambil ponselnya.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya rekan kerja dari dokter itu datang dengan membawa alat alatnya. Dokter pun mulai memasangkan infus di tangan Haura. Setelah selesai memasangkannya dokter berpamitan untuk pulang karna sudah terlalu larut malam.

Nyai Aira menyuruh Wawa dan Najwa untuk menginap di rumah ndalem untuk menemani Haura. Wawa dan Najwa setuju, mereka kemudian merapikan barang-barang yang berantakan di atas meja. Nyai Aira pun keluar kamar Haura untuk istirahat begitu pun Gus Adnan.

(. ❛ ᴗ ❛.)

Sekitar jam enam pagi Haura terbangun gadis itu melihat ke seluruh arah. Kepalanya pusing, dengan infus ditangannya

"Lah gua di mana?."

"Ko ada infus di tangan gua"

"Wawa," Haura memanggil Wawa.

"Haura sudah bangun." Kata Nyai Aira yang baru saja datang.

"Ini kenapa gua ada di sini?," tanya Haura langsung.

"Eh maksud saya,"

"Bu nyai, kok saya bisa ada di sini?." Tanya Haura lagi. Nyai Aira tersenyum menatap Haura dan berjalan mendekatinya.

Nyai Aira tersenyum, "panggil Umma aja." Katanya dengan mengusap lembut rambut Haura.

"Terus kok saya di infus," ucap Haura dan berusaha bangun dari tidurnya.

"Shuttttt, kamu baru sadar sayang. Jangan banyak gerak-gerak dulu." Kata Nyai Aira setelah duduk di kursi samping kasur Haura.

"Umma ambil kan sarapan ya buat kamu, kemarin kamu pingsan dan harus di infus karna ngga makan dari pagi." Kata Nyai Aira lalu berditi dari duduknya dan berjalan keluar dari sana.

Nyai Aira mengambil bubur yang sengaja ia buat tadi subuh untuk Haura. Setelah mengambil bubur nyai Aira kembali ke kamar tamu yang di tempati Haura.

"Bu nyai—

"Panggil Umma saja." Kata Nyai Aira lalu tersenyum.

"Hehe iya."

"Umma, Wawa sama Najwa mana?." Tanya Haura saat nyai Aira duduk di sampingnya.

"Wawa sama Najwa sudah pergi pagi-pagi tadi. Mereka kan mau belajar." Jawab nyai Aira.

"Kalau begitu Haura juga harus belajar, kalau ngga belajar nanti Ayah marah lagi dan ngga bakal izinin pulang."

Hai, Gus! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang