HUJAN

1 0 0
                                    

Gemuruh yang dibawa hujan ditemani dengan rintikannya membawa hawa yang sangat indah. Alunan melodi rintikannya menjadikan hatiku cukup tenang dengan keadaan yang sangat sulit ku hilangkan.

Benar, lagi-lagi tentang dirimu yang kian meredup dalam pikiran dan hatiku. Aku tidak mengingatmu lagi sudah. Hujan membasahi tubuhku dan melunturkan cerita-cerita dulu. Luka yang kau beri sudah cukup membaik dan ku coba untuk terus mengobatinya sendiri.

Bukan orang lain yang menyembuhkanku tetapi, aku sendiri yang menyembuhkannya.

Hujan, karenamu aku lebih memgerti bahwa keikhlasan yang sesungguhnya yakni sepertimu. Tanpa memandang siapapun, kau tetap turun dengan beribu-ribu dan berliter-liter air untuk kehidupan.

Aku cukup belajar darimu, karenamu aku akan semakin kuat menghadapi hidup. Aku ingin seperti hujan yang meskipun banyak yang tidak suka dengannya. Hujan, tetaplah hujan yang menghidupkan kehidupan.

Apakah kau tau juga tentang hujan ?

Mungkin tidak, dan aku yakin tidak. Bagaimana bisa memahami hujan dirimu jika kau tidak bisa memahamiku yang sama-sama manusia.

Tapi, tak apalah aku sangat cukup berteman dengan hujan hari ini.

Aku juga mengerti jika aku tidak harus menjadi seperti yang kau berikan padaku.

Dan juga, aku harap hujan akan menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Bukan soal lain tapi, soal hati yang aku sendiri sulit menyembuhkan. Ternyata jawabannya hujan adalah penyembuhku.

Selain itu, aku berpikir apa bisa setiap rintikannya aku berdoa. Tidak ada yang tidak mungkin. Hujan saja tanpa berpikir untuk jatuh di bumi apalagi doa yang terbaik untukku yang ku titipkan pada rintikannya.

Aku harap hujan mengerti dari manusia-manusia yang tidak mau mengerti

Kita KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang