Terlalu lama aku memendam ketakutan yang cukup mendalam ternyata bukan hal yang biasa. Apapun yang ingin ku lakukan rasanya seperti terulang. Padahal jika dipikir-pikir tidak akan.
Biarlah sudah, ku coba perlahan meskipun ada ketakutan yang terus menghantui diriku sendiri. Tidak selamanya aku akan seperti ini. Setidaknya diriku bebas dari genggaman orang yang tak tau diri.
Aku ingin bebas layaknya burung yang terbang menikmati keindahan langit yang menawan, alunan ombak yang menerjang karang hingga memtari yang bersinar menyinariku dengan kehangatannya.
Seperti itulah yang ku inginkan. Sejak itu aku tak ingin berteman dengan siapapun. Rasanya semua kuanggap sama. Rasanya semua kuanggap menyakiti kecuali diriku sendiri.
Mugkin, kata orang lagi-lagi berbicara tentangku yang tak kunjung selesai. Membicarakan tentang aku yang selalu sendiri kemanapun aku pergi.
Padahal aku tak membutuhkan teman apalagi teman sebaya yang seangkatan. Begitupun sama semua juga.
Namun, ada satu hal yang membuatku tersendat tuk berjalan. Bukan hanya itu, bahkan bumi saja berhenti berputar. Entah ini tentang apalagi, aku yang sudah merasa cukup mengapa Tuhan memberikan tokoh lagi yang aku sendiri menyudahi semuanya.
Beribu tokoh yang ku tolak, dari sesama jenis maupun lawan jenis. Kuanggap semuanya sama dan sama.
Ini bukan lagi tentangku, ini hatiku yang tak kunjung berhenti mengatakan siapa dan kenapa. Mungkin, hatiku terlalu lemah karenanya.
Aku juga ingat pesan yang dulu pernah aku katakan pada diriku. Tidak ada yang datang kecuali karena satu yaitu untuk menyakiti.
Sudahlah, biarkan aku begini saja. Tak mau diganggu dan biarkan aku sendiri. Lelah dengan tokoh, tokoh dan watak tokoh yang begitulah pada diriku.
Cukup