keempat

1.8K 148 6
                                    

Jeonghan tidak menyangka kalau Seungcheol dan Chan saling kenal. Coret, Seungcheol adalah sosok yang diikuti Chan saat tadi di sekolah, jadi tidak sepenuhnya 'mengenal' Seungcheol, bukan? Mungkin firasat anak nya yang ingin dengan dengan Sang Ayah, bahkan saat mereka sebelum kenal saja, mereka sudah dekat.

Jeonghan juga tidak bisa selamanya menyembunyikan Chan dari Seungcheol. Ia memilih untuk mengajak Seungcheol ke apartemennya, mencoba untuk mengajak pria ini berbicara dari hati ke hati.

Setelah membiarkan Chan masuk ke kamar dengan harapan bahwa anak ini tidak akan menguping, Jeonghan kembali ke arah dapur untuk menyeduh teh untuk menyambut tamu yang tidak begitu diharapkan. Secangkir teh yang ia buat itu langsung ia bawa ke depan Seungcheol yang sudah duduk manis di meja makan. Gelas teh itu ia berikan dekat dengan Seungcheol.

Baru ingin membuka pembicaraan, Seungcheol lebih dulu membuka mulut untuk berucap, "Kamu.. hamil?"

"Iya, 10 tahun lalu, ingatkan kita sempat tidur bersama seminggu sebelum acara?"

Seungcheol yang tadinya bersender ke kursi langsung memajukan badannya, tangannya memegang dahi sembari memberikan pijatan pelan, nafasnya mulai tidak karuan dan Jeonghan bisa lihat, kalau pria ini tampak panik.

"Ya tentu saja aku mengingat malam itu, dan Oh Tuhan, Jeonghan, kamu selama ini sendirian?" Ada nada kesedihan dan bersalah dari kalimat yang diucapkan oleh Seungcheol. Wajah Seungcheol ditutupi oleh sebagian tangan kanan nya sendiri, mencoba untuk tidak menatap Jeonghan.

"Bukan salahmu Seungcheol." Kalimat itu Jeonghan sengaja ucapkan untuk meyakinkan kepada Seungcheol bahwa ini bukan salah Seungcheol.

Jeonghan ingin sekali meraih tangan Seungcheol dan mengusap pelan telapak tangan pria itu tapi ia tidak bisa dan ia merasa bahwa itu bukan haknya. Ia ingin menenangkan pria ini.

Seungcheol menurunkan tangan yang sedari tadi menutupi matanya, mencoba untuk menatap mata Jeonghan kali ini.

"Jeonghan, aku meninggalkanmu sendirian berjuang saat itu dan aku rasa itu sepenuhnya salahku." Seungcheol berkata sambil bangun dari kursinya. Ia kemudian berdiri di belakang kursi tersebut sembari menyenderkan tangannya di badan kursi itu.

Jeonghan menggelengkan kepalanya, "Mungkin saat itu aku juga sudah gila karena menjauhimu juga tapi—" "—Jeonghan, kamu sudah menghilang 10 tahun dan aku baru tau ternyata aku memiliki anak denganmu?" Seungcheol memotong Jeonghan lebih cepat untuk menyimpulkan inti masalah dari pertemuan mereka kali ini.

Hal itu bersamaan dengan suara Chan yang tiba-tiba terdengar dari arah lorong kamar Jeonghan. Chan sudah berdiri disana, memanggil sebutan untuk memanggilnya.

"Papah!" Ucap Chan dengan sedikit kencang, mencoba menarik perhatian Jeonghan dan Seungcheol. Sukses, karena keduanya menaruh perhatian ke anak kecil ini.

Jeonghan berdiri di kursinya lalu memanggilnya, "Channie sayang."

Chan langsung mendatanginya dan memeluk Jeonghan dari samping, bertanya kenapa Jeonghan menangis dan juga bertanya pertanyaan yang Jeonghan sebetulnya harapkan tidak akan pernah ditanyakan.

Apakah Seungcheol memang Ayah dari Chan?

Jeonghan tahu anaknya bukan anak yang tidak pintar, anak nya ini bisa langsung mengambil kesimpulan dari keadaan secara cepat.

Chan pernah bertanya kenapa marga nya dan marga Jeonghan berbeda. Ia jawab dengan jujur saat itu kalau itu marga Ayah Chan. Orangtua Chan yang lain. Pasangan Jeonghan saat itu. Chan tidak mempermasalahkannya.

Chan pernah bertanya kenapa Jeonghan selalu mendatangi salah satu pantai di pinggir kota tapi tidak pernah membeli apa-apa. Ia jawab dengan jujur kalau itu tempat dimana Ayah Chan melamarnya.

Tolerate ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang