Chan sedikit menahan matanya untuk tetap terbuka, karena jika dituruti kantuknya, sudah sejak tadi ia pasti tertidur.
Setelah Papah menemaninya gosok gigi dan berganti pakaian, dimana sekarang tas Papah sudah tidak ada lagi di kamar ini melainkan di kamar seberang (tepat seperti yang Ayah bilang), ia sudah duduk manis di atas kasur besar tersebut. Hanya tinggal menunggu Ayah untuk mendatanginya dan menemaninya tidur.
"Papah, Ayaaahh?" Tanya Chan saat melihat Papahnya masuk ke dalam kamarnya itu.
Papah tersenyum sembari mendatanginya dan duduk di samping Chan, "Ayah sedang berganti pakaian, untuk saat ini Papah yang temani Chan Lee dulu ya?" Rambut Chan dielus, membuat Chan langsung menyenderkan badannya ke badan Papah.
"Tapi Ayah akan kesini kan?"
"Iya, Ayah sudah bilang tadi."
Chan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian berkata, "Kasihan Ayah, Ayah pasti kaget melihatku seperti itu Papah. Ingat saat itu Papah juga panik waktu aku pertama kali kena reaksi alergi?"
"Iya Papah ingat, Papah juga seperti Ayah saat itu, Papah panik Channie."
Keheningan kemudian menyelimuti keduanya. Chan mulai menutup matanya karena Papah yang mulai menepuk-nepuk badannya untuk tidur. Tapi tidak lama, Papah bangun dari posisinya. Belum sempat Chan menengok ke belakang, ada suara berat yang memanggilnya, "Chan, maaf tadi harus jawab telepon."
"Ayah!"
Chan mendadak langsung tidak mengantuk, ia menghadap ke arah sang Ayah yang sudah menggunakan celana pendek dan kaos tidurnya, memberikannya senyum lebar seperti meyakinkan dirinya.
Ayah kali ini mengambil posisi berbaring di samping Chan kemudian berucap, "Chan tidur, ayok, sudah malam."
Chan setuju. Ia benar-benar sudah mengantuk sebetulnya tapi ia masih mau menghabiskan malam dengan Ayah. Masih ada hari esok memang, jadi mungkin bisa bercerita besok pagi bukan? Kepalanya perlahan mendekati dada sang Ayah, mencari kenyamanan untuk tidur disana.
"Chan sudah tidak sakit lagi?" Tanya Ayah dengan pelan.
Chan dalam rengkuhan Ayah hanya bisa mengangguk, "Tadi sudah disuntik." Jawabnya singkat.
"Syukurlah. Jangan menakuti Papahmu lagi ya? Sehat-sehat terus Chan."
Ayahnya Chan menarik anak laki-lakinya itu untuk dipeluk. Tidak begitu erat, tapi tetap penuh dengan rasa sayang.
"Iya Ayah."
Tidak lama kemudian, Chan tertidur dalam pelukan Ayahnya.
--
Jeonghan ingat betul kalau reaksi yang diberikan Seungcheol kemarin sebetulnya sama persis dengan reaksinya saat ia pertama kali tahu bahwa Chan mempunyai alergi. Menurut psikolognya, itu reaksi yang cukup masuk akal. Tapi entah kenapa, kemarin ia malah meluapkan emosinya kepada Seungcheol yang saat itu juga tidak tahu harus melakukan apa.
Saat Jeonghan ingin mengajak bicara Seungcheol yang baru keluar kamar, ia mengurungkan niatnya saat melihat Seungcheol menjawab telepon bersamaan dengan menutup pintu kamar Chan.
Sepertinya pria itu memang sedikit sibuk. Ia pikir, pembicaraan mereka bisa ditunda sampai esok pagi.
Di pagi hari keenam, Jeonghan bangun tanpa melihat Seungcheol yang biasanya sudah duduk manis di taman ataupun di meja makan. Hanya terdapat Chan yang sudah bangun dengan pakaian jalannya.
"Channie mau jalan-jalan?" Goda Jeonghan, biasanya anaknya itu malas-malasan dan hanya ingin di rumah saat Seungcheol mengajak mereka jalan.
"Ya, karena kemarin kita gagal ke Namsan Tower, pasti Ayah akan mengajak kita hari ini." Ucap Chan dengan yakin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tolerate It
FanfictionJeonghan tidak pernah menyangka kalau ia akan kembali bertemu dengan cinta pertama yang membuatnya sakit hati sepuluh tahun lalu. (inspired by: Forever My Girl [2018] and The Love You Give Me [2023] with CheolHan / JeongCheol of SVT as the cast and...