keenam

1K 101 0
                                    

Chan yang sedang asyik menjawab pertanyaan matematika di kelas tiba-tiba didatangi oleh wali kelasnya.

"Chan, ayok rapikan tas mu dan mejamu. Papah Channie sudah menunggu di gerbang sekolah ya," ucap sang wali kelas kepada Chan. 

Chan kemudian bertanya, "Kenapa? Kenapa papah mau jemput aku, bu guru?" Ia masih tidak mau melepas pensil nya. Tetapi bu gurunya tidak menjawab, hanya langsung diam menarik kertas tugas Chan, hal tersebut membuat Chan mau tidak mau juga merapikan barang-barangnya dengan cepat.

Karena ditunggui wali kelasnya, Chan hanya sempat menyapa dua teman mejanya, hanya menyempatkan untuk memberikan lambaian tangan dan juga mengikat tali sepatunya yang sedikit longgar. Setelah sudah memastikan ikan tali sepatunya aman, ia mengikuti langkah kaki gurunya sembari memegangi tali tas punggungnya dengan erat.

Kaki kecil Chan melompat-lompat kecil saat menuruni tangga sekolah dan ia langsung berlari melewati gurunya saat ia sudah dapat melihat Papah di gerbang sekolahnya, berdiri di samping mobil yang tidak ia kenal. Mungkin Papah menjemputnya dengan mobil kantor bukan?

Tepat saat sudah saling berhadapan, sang Papah berkata kepada gurunya, mengucapkan "Terima kasih bu guru," saat wali kelasnya memberikan kertas izin kepada Papah. Wali kelasnya membalas dengan berkata sama-sama.

Tapi sebelum Chan sempat naik mobil, sang guru menyempatkan dirinya untuk berucap, "Selamat jalan-jalan Channie! Selamat bersenang-senang ya."

Ucapan sang guru tidak Chan hiraukan, ia langsung membuka pintu belakang dan melihat bahwa ada Paman Seungcheol sudah duduk di kursi pengemudi. Bukan paman lebih tepatnya. Ayah.

"Hai Channie," Ayah menyapanya. Chan tersenyum kemudian membalas sapaan sang ayah.

"Halo A-ayah?"

Chan sedikit gugup tetapi Ayah Seungcheol hanya tersenyum, "Maaf ya harus membuatmu izin sekolah, Ayah ingin mengajakmu dan Papah pergi ke Seoul hari ini sampai hari minggu. Ayah dengar kamu akan ada libur lusa kan? Jadi sekalian saja libur dari hari ini." Seperti paham bahwa Chan ingin sekali bertanya untuk apa ia izin setengah hari, Ayah menjelaskan alasannya tanpa perlu menunggu ia untuk bertanya secara langsung.

"Seoul? Untuk apa?"

"Bertemu dengan nenekmu, Channie." Jawab Papah Jeonghan yang sudah duduk di kursi samping Ayah Seungcheol. Papah menggunakan seatbelt nya kemudian menengok ke belakang, "Channie pakai seatbelt ya, kita mau perjalanan panjang."

Chan melihat booster seat nya kemudian berkata, "Sepertinya Papah harus ke belakang dan membantuku naik kursi ini."

"Biar Ayah saja yang membantu ya nak."

Chan hanya terdiam melihat Ayahnya membuka seatbeltnya, membuka pintu mobil dan langsung mengarah ke sisi Chan.

Dengan mudahnya Ayah mengangkat badan Chan menaiki kursi yang dikhususkan untuk anak-anak, tidak seperti Papah yang akan mengeluh kalau badannya sekarang sudah besar jadi Papah agak kesulitan untuk menggendongnya (padahal ia kan suka sekali kalau disayang-sayang dengan cara digendong!) kemudian membantunya memakai seatbelt.

"Tidak terlalu kencang kan?" Tanya sang Ayah. Chan hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab.

Chan bisa melihat tangan Ayah tadinya ingin menyentuh pipinya tapi tertahan kemudian hanya memegangi kursinya, "Oke Chan sudah siap."

Mungkin ada sekitar 3 detik Chan dan Ayah saling bertatapan sebelum akhirnya Ayah yang lebih dulu memutus acara tatap-tatapan tersebut lalu menutup pintu di samping Chan dan kembali ke kursi pengemudi.

Chan tidak melihat apa yang Ayah dan Papah lakukan, tapi yang jelas keduanya seperti membahas google maps dan tempat tinggal. Ia tidak mau tahu karena tiba-tiba ia mengantuk.

Tolerate ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang