06

475 70 12
                                    

Nih asupan malam minggu.




























Mereka akhirnya makan, diem-dieman. Irene diem, Seulgi lebih diem. Cuma kedengeran dentingan alat makan yang saut-sautan.

Kok jadi awkard anjir

Seulgi ngeliatin Irene sekilas dan setelah itu nunduk lagi ngeliatin piringnya.

"Enak anunya."

Irene langsung bingung, anu apaan coba? Seulgi sama aja keliatan clueless karena cuma nunduk dan fokus ke isi piringnya.

"Makanannya?"

"Iya."

"Oke."

Setelah itu mereka diem lagi.

Aslian Seulgi ini bingung kenapa rumahnya jadi sepi. Art di rumah Seulgi emang sedikit, yang paling betah di rumah cuma si bibi. Yang lain kalau ngerasa kerjanya udah beres, paling izin ke bibi buat nongkrong bareng art lain di lingkungan itu. Tapi hari ini semuanya gaada, termasuk bibi.

Kalau ada bibi kan seru ya, si bibi jadi tau Irene yang sebenernya ini. Bukan Irene yang ngeselin dan ditambah bumbu-bumbu hiperbola sama Seulgi.

Beres makan, Seulgi rencananya mau bawa piringnya dan piring Irene ke wastafel. Tapi dicegah duluan pas dia mau ngambil piring Irene, cewe cantik itu nahan tangannya dan berdiri.

"Gue aja."

"Ah lo kan udah masak. Sini gue aja."

"Gapapa, sekalian."

"Sekalian apa coba?"

"Ya sekalian?"

"Gausah bandel, sini piringnya."

"Ih gue bisa sendiri Seul..."

Irene ngerengek. Seulgi terbengek.

Irene jadi keliatan sejuta kali lebih lucu kalau udah ngerengek gitu, Seulgi jadi sedikit beku sebelum tersadar dan pura-pura batuk buat ngilangin efek salting.

"Kita taroh piring masing-masing di wastafel aja oke? Nanti biar bibi atau mbak yang cuciin."

Suara Seulgi yang tenang dan lembut ini mungkin bisa bikin semua orang meleyot. Untungnya Irene ini manusia setengah bidadari, jadi dia ga terlalu meleyot dan masih bisa berdiri meskipun jantungnya udah mode speaker dangdutan.

"Okay.."

Mereka jalan beriringan dan naroh piring masing-masing di wastafel secara bergantian. Setelah itu mereka malah berdiri diem di depan wastafel.

"Udah? Mau belajar dimana?"

Irene baru inget kalau tujuannya ke rumah Seulgi ini buat belajar bareng, bukan buat menjadi istri idaman.

"Oh iya, lo biasanya belajar dimana?"

"Di sekolah." Jawab Seulgi polos.

Irene berdecih sebal. "Bohong, lo di sekolah bikin onar mulu kapan belajarnya? Ini beneran Seulgii~ Lo biasanya belajar dimana? Atau ga satu tempat deh yang paling nyaman menurut lo."

Seulgi nyengir sebelum masang muka mikirnya. "Hmmm, gue emang belajar di sekolah doang sih. Tapi kalau di rumah gue biasanya belajar di kamar, dan tempat paling nyaman ya kamar gue.."

"Jadi belajarnya di kam-

"Oh iya! Ada pondok kecil di belakang!"

Seulgi keliatan girang banget pas inget dia punya pondok kecil.

The Perfect Pair [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang