Murka

443 57 14
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡











Sudah jalan dua minggu, Jian memberikan sikap aneh menurut Kana tapi kalo kata Jian nya sih, itu tuh cara dia pdkt.

Hampir seisi rumah pernah liat Jian berusaha godain Kana, bahkan lelaki itu juga tak segan untuk mengantar jemput Kana.

Setiap ditolak, Jian pasti punya banyak cara untuk meluluhkan perasaan Kana.

Selama itupun Kana gak buta, kalo sikap kakak nya semakin berbeda. Karena tahu kalo Arjuna gak suka liat Jian modusin dia, akhirnya Arkana bener-bener ngejauhin Jian.

Tapi sialnya Kana mengiyakan permintaan terakhir Jian katanya, dia minta ketemu sore ini. Tempat nya udah di share lewat pesan, sedangkan Arkana tidak mau menemui siapapun.

Hari ini tubuh Arkana sedikit tak enak, agak demam mungkin tapi yasudahlah, demi Jian berhenti modus biar kakak nya gak terus natap dia sinis juga.

Sebenarnya ini belum masuk ke waktu yang ditentukan sih, cuma kayaknya Arkana mau nunggu di lokasi aja.

Dia bawa tas kecil biasanya, terus pake jaket soalnya cuaca lagi berangin, malahan keliatan mendung.

Baru aja mau ngunci pintu kamar, wajahnya sudah harus bersitatap dengan Arjuna.

Manik bulat didepannya menatap tajam, menelisik penampilan Arkana dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ada apa?" Tanya Arkana memberanikan diri.

Bukannya menjawab, Arjuna malah lanjut jalan ngelewatin tubuh Arkana. Gak mau ambil pusing, sehabis buang nafas, Kana melanjutkan kegiatannya.

Dia berangkat sendiri, naik ojek online pesanannya. Sudah dua minggu ini, Kana tidak bertemu Juan.

Katanya lelaki bongsor itu sedang sibuk mengurus studi nya, mereka sesekali saling bertukar kabar melalui pesan singkat.

"Di sini yah?" Gumam Kana, dia udah turun dari ojeknya dan masuk kearea taman.

Sesuai dengan lokasi yang dikirim Jian, tapi taman itu sangat sepi. Pohonnya rimbun, sehingga membuat hembusan angin di lokasi ini lebih kencang.

"Masih ada lima menit, baca buku dulu deh."

Kana duduk disebuah kursi besi yang tersedia, tak banyak orang yang berkunjung tapi setidaknya ada lah beberapa yang terlihat menikmati angin kencang juga.

Asik dengan bacaannya, Kana sampai tak sadar jika sosok yang ditunggunya sudah duduk disamping dia.

"Seru banget kayaknya."

Arkana terjenjit, terus dia ngehela nafas saat tahu jika suara itu milik Jian.

"Oh sorry, bikin kaget yah?"

Kana ngangguk. "Gakpapa kak."

"Udah lama nunggu?"

Arkana memasukan bukunya kedalam tas dulu, lalu melirik jam tangannya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang