Setelah memudarkan tatanan rambut dan menerima upah dari U-Jin, Kim Bong Cha tak ingin lagi berlama-lama berada di studio foto milik pemuda itu. Ia bergegas pergi meninggalkan semuanya. Langkahnya sedikit dipercepat. Gadis itu ingin segera pergi mencari ibu dan kakaknya. “Aku pasti akan menemukannya!” ucapnya pada Kim Dal Mi melalui sambungan telepon.
Nenek tua itu agaknya masih merasa enggan memberikan alamat perempuan yang telah melahirkan cucunya. Namun, Kim Bong Cha masih terus berupaya untuk meyakinkannya. “Ayolah, Halmeoni! Aku sudah sampai di Seoul sejak beberapa hari lalu. Apakah kau tega membiarkanku di sini tanpa hasil apa pun?” Kim Bong Cha berharap neneknya segera berubah pikiran.
Bukankah kau sudah membawa foto perempuan itu dan juga foto ayahmu?
Kim Bong Cha mendaratkan bokongnya di sebuah bangku taman. “Foto saja tidak akan cukup! Aku butuh alamatnya!” sahutnya. “Ayolah! Tolong beri aku alamatnya,” kali ini nada bicaranya terdengar lebih memaksa dan mengiba.
Baiklah, aku akan memberimu alamatnya. Tapi kau harus janji, setelah bertemu dengannya, kau harus segera pulang.
Menjelang malam, Kim Bong Cha masih saja duduk di tengah Namsan Park. Di hadapannya terdapat panorama indah. Daun maple dan ginko kering yang berserakan, serta lampu yang berpendar menghiasi langit Seoul. Cahaya lampu-lampu yang dipancarkan dari Namsan Tower itu membawa kesan yang sangat romantis. Kim Bong Cha belum pernah sekalipun naik ke atas tower itu. Namun, mendamba sebuah peristiwa yang umum terjadi di sana termasuk menjadi salah satu angan-angannya. “Akankah aku dapat memasang gembok cinta bersama seorang pangeran di atas sana?”
***
Penat, begitulah yang U-Jin rasakan malam ini. Seharian penuh melakukan kegiatan pemotretan, membuatnya ingin segera beristirahat. Ia memercayakan segala sesuatunya kepada Jang Baek Hyeon. Termasuk dengan mencetak beberapa hasil bidikannya hari ini.
“Hyeongnim? Bukankah ini Bong Cha Ssi?” tanya Jang Baek Hyeon ketika mendapati foto Kim Bong Cha yang tengah menangis di tepi danau tersimpan dalam laptop U-Jin.
“Hmm,” sahut U-Jin seraya memeriksa beberapa pesan masuk di handphonenya.
“Pantas saja kau menyuruhnya untuk menjadi model pengganti! Rupanya kau sudah tahu betapa manis dan cantiknya dia saat difoto.”
Sejenak U-Jin yang tengah asyik berbaring di sofa sembari memainkan telepon genggamnya pun menoleh. Ia menatap Jang Baek Hyeon dengan sorot tajam. “Apa kau bilang?”
Jang Baek Hyeon tak lagi menjawab. Ia memilih untuk kembali fokus bekerja. Sementara U-Jin tak ingin memperpanjang topik pembicaraan mengenai Kim Bong Cha. Ia kembali menekuri layar gawainya. Beberapa pesan masuk dari keluarganya mampu dibacanya dengan jelas.
EOMMA : Kau ke mana saja? Kami semua merindukanmu.
HANA : Oppa? Aku sudah kembali dari Amerika. Mengapa kau tak menghubungiku?
ABEOJI : Halmeoni-mu masuk rumah sakit. Apa kau tidak kasihan dengannya?
Semua pesan-pesan itu sudah masuk sejak beberapa hari yang lalu, saat U-Jin tengah berada di Gangneung. Namun, memang seperti itulah karakternya. Jarang ingin diganggu dengan hal-hal penting sekalipun.
U-Jin beranjak bangun. Ia mengambil sebatang rokok lalu menghidupkannya. “Apa kau sudah mencetak fotonya?” tanyanya setelah berhasil menyesap tembakau dari filter rokok yang terselip di bibirnya.
“Sebentar lagi akan kucetak.”
“Cetak juga foto yang di danau!”
Jang Baek Hyeon tercekat. Ia sempat bengong menatap bosnya yang tengah berdiri santai menghadap kaca apartemen mereka. “Maksudmu ... foto Bong Cha Ssi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fastening Bracelet
RomanceMulanya kepergian Kim Bong Cha ke Seoul ialah guna menemukan keberadaan ibu kandungnya. Namun, ia justru dipertemukan dengan U-Jin, seorang fotografer terkenal yang memberikannya pekerjaan menjadi seorang model. Intensnya pertemuan membuat keduanya...