Permulaan

6 1 0
                                    

Suasana di Gangneung station cukup ramai. Hal itu membuat U-Jin enggan berlama-lama berada di sana. Setelah Jang Baek Hyeon berhasil membeli tiket, keduanya pun memutuskan untuk segera menuju gerbong KTX sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket masing-masing.

Musim gugur yang akan habis cukup berdampak pada lonjakan penumpang yang akan meninggalkan Gangneung dan akan kembali ke Seoul. Mereka terpaksa sedikit mengantre saat hendak menuruni tangga eskalator yang akan menuju lorong bawah tanah, di mana KTX yang akan mereka tumpangi berada. Gerbong nomor delapan. U-Jin berjalan santai mencari tempat duduknya. Sekali lagi kedua pemuda itu melihat nomor bangku yang tertera pada tiket. Terbaca dengan jelas bangku nomor 11 A.  Kemudian kembali mengedar ke seluruh penjuru gerbong. Nyaris tidak ada kursi kosong. Pemuda yang memiliki tubuh dengan tinggi 182cm itu sedikit berdecak kesal. Liburannya kali ini benar-benar kacau. Pikirnya.

Hyeongnim!” Jang Baek Hyeon tampak menemukan bangku yang sesuai dengan nomor di tiketnya. Pemuda kurus tinggi dengan warna kulit agak gelap itu melambaikan tangan kepada bosnya.

U-Jin pun mendekat.

“Seharusnya ini bangkumu!” ujar Jang Baek Hyeon seraya menunjuk bangku dengan nomor 11 A. Sedangkan Jang Baek Hyeon mengambil tempat di 11B.

Dengan gayanya yang santai, seraya menyelipkan kedua tangan di dalam saku jaket jins-nya, pemuda berkacamata hitam itu pun duduk. “Hyeon-Ah? Aku ingin tidur. Bangunkan aku saat sudah sampai di Seoul!” ujarnya kemudian sembari menyadarkan kepalanya pada sandaran kursi penumpang.

Araseumnida,” sahut Jang Baek Hyeon seraya mengangguk.

“Menurutku pemandangan di perjalanan sayang untuk dilewatkan.” Suara seorang gadis membuyarkan rencana U-Jin. Pemuda itu pun melepas kacamata dan menoleh ke arah gadis yang duduk tepat di sisinya. Gadis itu menurunkan majalah dari hadapan wajahnya.

Jang Baek Hyeon terbelalak. Ia sedikit histeris. “Ya? Bukankah kau gadis yang tadi pagi bersama Hyeong di danau?”

Kim Bong Cha menyipitkan sepasang matanya. Ia mencoba kembali mengingat. Menatap kedua pemuda di dekatnya secara bergantian. Saat tatapannya sejurus dengan U-Jin, baru ingatannya benar-benar pulih. Gadis yang kali ini sudah mengikat rambutnya dengan rapi itu sedikit membungkuk. “Annyeonghaseo,” sapanya ramah.

U-Jin membalas sapaan Kim Bong Cha hanya dengan anggukan. Tatapannya kali ini cukup tajam. Namun, ia sama sekali tak berbicara apa pun.

“Kau juga akan ke Seoul?” tanya Jang Baek Hyeon penuh antusias.

Nae!”

“Apa kau juga tinggal di sana?”

Anne,” sahut Bong Cha. “Aku ingin mencari keluargaku.”

“Oh, begitu.”

Tak terasa dua jam setengah perjalanan dengan menaiki kereta menuju kota Seoul telah berakhir. Ketiganya sudah sampai di stasiun Seoul. Jang Baek Hyeon yang memiliki barang bawaan lebih banyak ketimbang dua orang lainnya, tampak lebih mendahului keluar dari dalam gerbong.

U-Jin sedikit merenggangkan tubuhnya. Ia cukup lelah harus duduk selama dua jam lebih tanpa melakukan aktivitas apa pun. Termasuk juga berbicara dengan gadis berambut panjang yang sejak siang terlihat akrab dengan asistennya.

Fastening BraceletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang