Teman Baru

1 1 0
                                    

Menikmati senja musim gugur di namsan park untuk kali kedua ini terasa berbeda bagi Kim Bong Cha. Beberapa hari lalu, ia datang ke tempat yang banyak ditumbuhi pohon gingko dan maple itu hanya sendiri. Namun, tidak dengan senja hari ini. Ia bersama U-Jin, yang sejak sore ini menjadi teman barunya.

“Kau pernah naik ke sana?” tanya U-Jin seraya menatap ke arah namsan tower yang letaknya berada lebih tinggi dari tempatnya berada saat ini.

Anne.”

Janghanhae?” U-Jin merasa tidak percaya.

Kim Bong Cha mengangguk cepat. “Ne,” sahutnya. “Ini pertama kalinya aku datang ke Seoul.”

U-Jin manggut-manggut sembari memegangi dagunya yang panjang. Dirinya tak pernah mengira jika gadis yang ia jumpai di danau gyeongpoho itu benar-benar gadis pemberani. Ya, berani pergi sendiri ke Seoul.

“Kemarin aku juga duduk di taman ini sambil menatap namsan tower. Suatu hari aku akan ke sana bersama seseorang. Dan kami ... akan memasang gembok cinta. Romantis, bukan?”

U-Jin menyernyih ketika mendengar ucapan Kim Bong Cha yang menurutnya terdengar sedikit menjijikkan. “Apa kau senaif itu” tanyanya kemudian.

“Kau tidak percaya gembok cinta?”

“Bagiku ... naik ke atas sana bukan untuk memasang gembok cinta. Tapi untuk melihat pemandangan kota Seoul yang indah. Gembok cinta itu hanya dongeng. Banyak pasangan yang berpisah meski telah memasang gembok cinta di sana.”

Kim Bong Cha mencebik. Ia tidak setuju dengan ucapan U-Jin. “Terserah kau saja!” ujarnya lalu meninggalkan U-Jin di tengah taman.

Ya! Kau mau ke mana?” pekik U-Jin, tetapi tidak dihiraukan oleh Kim Bong Cha. Ia menggeleng kesal, lalu memilih untuk mengikuti gadis yang berjalan ke arah luar taman.

“Kau mau ke mana?” tanya U-Jin lagi setelah berhasil membersamai langkah Kim Bong Cha.

Kim Bong Cha menghentikan langkah. Ia memegangi perutnya. “Baegopayo,” jawabnya.

U-Jin sempat menatap Kim Bong Cha sejenak. Terlihat jelas olehnya wajah sang gadis yang pasi. Sepertinya gadis itu belum makan sejak pagi. Pikirnya. Kemudian ia meraih tangan gadis yang mengenakan blus putih itu, dan lekas mengajaknya pergi meninggalkan tempat dengan sedikit berlari.

Pelayan restoran telah menyajikan sebuah ttukbaegi yang tengah dipanaskan dilengkapi dengan beraneka macam menu makanan mentah mulai dari sayuran, hingga lauk seperti daging dan telur, dan dilengkapi pula dengan gochujang di meja U-Jin dan Kim Bong Cha. Tak lupa pelayan restoran juga  menyediakan nasi untuk mereka.

Kim Bong Cha begitu bersemangat meracik bimbimbap sebagai menu makan malamnya bersama U-Jin. Sementara pria itu sibuk menuangkan soju ke dalam gelas Kim Bong Cha, tetapi lekas dicegah oleh si gadis.

"Wae?" tanya U-Jin.

Kim Bong Cha tersenyum. "Aku lebih suka minum air biasa saja." Kali ini Kim Bong Cha memilih untuk berjaga-jaga. Ia cukup memahami daya tahan tubuhnya sendiri. Mengonsumsi soju akan membuatnya mabuk. Meski hanya sedikit saja. Gadis itu tidak ingin menjadi mabuk saat ini. Terlebih, ia sedang bersama U-Jin, pria yang usianya jauh lebih dewasa darinya.

U-Jin segera beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju meja pegawai restoran. Ia meminta sebotol air mineral, dan lekas kembali duduk bersama dengan Kim Bong Cha. Mendapati perilaku U-Jin yang dianggapnya cukup baik itu membuat Kim Bong Cha yang tengah menunggu bimbimbapnya matang sempurna sedikit tercengang. Ia terus saja memperhatikan pria yang selalu memakai aksesoris cincin dan anting itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fastening BraceletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang