"Sudah punya rencana?"
"Apa maksudmu?! Bukannya itu tugasmu?!!" Haisa menatap garang ke arah Ranzu yang juga menatapnya tak percaya. Sebuah kotak P3K sudah terbuka dan menampakkan isinya yang mengerikan untuk sebagian orang. Namun, kedua orang dewasa disana hanya berdebat tanpa berniat memulai pekerjaan mereka.
Tingkah itu membuat Usa geram saja. Tofu sudah anteng bermain bersama Una. Hal ini merupakan kabar yang bagus karena artinya bocah mungil itu belum mengetahui bahwa hari ini adalah jadwalnya untuk imunisasi. Yah.. perlu diketahui bahwa anak manis satu ini sangat trauma dengan benda lancip itu. Memang tak ada yang Tofu takutkan, tapi jarum adalah pengecualian.
"Na! Pu nak ain wal.. yok ain! (Una! Tofu ingin main diluar.. ayo main!)"
Tolong, selamatkan Una.
Gadis yang malang.. ia baru diceramahi selama dua jam nonstop oleh Worgan karena surat yang diterimanya. Padahal Una sudah menjelaskan bahwa ia melakukan itu karena dirundung terus-terusan oleh geng pembuat onar di sekolahnya. Memang dasar Worgan saja yang terobsesi untuk hidup tenang tanpa musuh, sehingga saat mendapat kabar Una yang berbuat ulah, pria itu tak dapat menahan diri. Meski Usa juga membela Una tadi.
Ekhem.. Usa membela Una, tapi gadis itu tak repot-repot berterima kasih karena Usa juga yang men-cepu kannya pada Worgan dan Haisa.
"Eh? Di luar.. adaaa.... Cacing alaska!!! Kau tau? Mereka sangat besaaarrr dan bisa memakanmu! Jadi, kita bersembunyi dulu ya?" jawab gadis itu sembari menggambarkan betapa besarnya makhluk yang ia ucapkan. Sedangkan Tofu yang mendengarnya hanya menatap polos karena tak mengerti.
"Cing? Cal? Mam Pu? (Cacing? Besar? Makan Tofu?)" beo si kecil heran.
"Hmm! Kau tidak akan suka! Una saja takut," jelas Una lagi. Ia masih berupaya meyakinkan Tofu agar tidak meminta main di luar lagi. Yah, entah sampai kapan mereka harus terkurung seperti ini, yang jelas mereka sudah aman sekarang, di basement.
"Ndapa! Nti Pu cil cing na! Na ngan kut ya? (Tidak apa-apa! Nanti Tofu usir cacing nya! Una jangan takut ya?)" Yah.. ingatkan Una bahwa ia berhadapan dengan Tofu, bocah paling pembantah se-dunia.
Kembali pada permasalahan yang sedang Haisa dan Ranzu hadapi. Kini, kedua orang itu sedang menatap lekat Tofu yang berada di gendongan Una dan sedang mengenakan kaos lengan tanggung. Haisa sudah mempersiapkan anaknya untuk menerima suntikan vitamin hari ini. Tapi, ia tak tau bagaimana hal itu akan berjalan nanti.
"Hais.. kamu mau usir cacing pakai apa memang?" Usa, cowok dingin yang sedari tadi hanya menatap semua orang dalam diam akhirnya angkat suara ketika Tofu terus menyahut Una yang sedang mengarang dadakan. Cowok itu jengah, dengan si kecil yang sepertinya mulai rewel.
"Kai pa ja yeh! Wlee (pakai apa saja boleh! Wlee..)"
Baik Si kembar maupun Haisa dan Ranzu terkejut dengan jawaban itu. Siapa yang mengajari Tofu manis mereka dengan kata-kata yang tak pantas itu?!
"Hei! Siapa yang mengajarimu, hah?!" Huh, Usa bukan cowok penyabar. Ia adalah salah satu orang yang paling menyayangi si kecil, tetapi memang cowok itu menyampaikan kasih sayangnya dengan kasar. Sepertinya Usa terlalu banyak mewarisi sifat alami Dozoura.
Bicara tentang Dozoura, keluarga itu belum tau tentang keberadaan si kecil. Walau Haisa pun sebenarnya tak berniat untuk mengenalkan Tofu pada mereka. Tapi entahlah, ia juga tak bisa terus mengurung putra kecilnya itu. Dan sekarang Dozoura tengah sibuk membicarakan rencana balasan untuk membalikkan keadaan mereka. Mungkin, untuk kedepannya keluarga itu akan lebih banyak menghabiskan waktu di lantai atas. Mereka akan turun hanya untuk makan dan tidur. Selebihnya, Haisa tidak terlalu peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Basement [Dozoura Fam]
Short StoryDozoura, Keluarga yang kental sekali dengan tradisi turun temurun mereka. Licik, penuh taktik, bahkan dikatakan sangatlah cerdik. Organisasi hukum dunia saja bahkan harus meminta Hinafuka untuk mengatasi mereka. Bagaimana mereka menghindari ancaman...