Ingat dengan kucing kesayangan Riyu? Beruntung kemarin sempat diselamatkan. Tetapi kucing itu, walau selamat dari maut Hinafuka namun, sayangnya ia masuk ke marabahaya wahana Tofu.
"Nyong! Ngan yak yak, nti tohh! (Meong! Jangan gerak-gerak, nanti jatohh!)" kesal si kecil. Pasalnya, kucing besar yang tengah digendongnya ini terus bergerak heboh dan membuat Tofu yang awalnya sudah kesulitan membawa si kucing, semakin repot. Belum lagi tangan kucing yang juga besar itu ikut memukuli wajah bulat Tofu.
Sakit sih, tapi tidak sampai terluka karena si kucing berbaik hati tak mengeluarkan cakarnya.
"Astaga, sudah kucingnya dibiarkan saja ya? Kasihan dia makan dulu, nak.." Jujur saja Diva prihatin melihat kondisi kucing itu. Perut bulatnya jadi gepeng akibat gencetan Tofu, kaki belakangnya bahkan menyeret lantai karena memang Tofu terlalu cebol untuk membawa si kucing.
Bisa saja kucing itu memberontak untuk melepaskan diri, tapi tatapan maut dari Diva dan Shuji lebih dulu menghentikannya.
"Ema, nyong na nda yam.. (meongnya tidak mau diam..)"
"Lalu? Ema tidak mau membantumu sih," sahut Diva
Mendengar itu, Tofu kesal. Ia menggembungkan pipinya dan berbalik menuju Shuji yang juga sedang menontonnya bermain.
"Yah, yong Pu na? Nyong na akal.. (ayah, tolong Tofu? Meongnya nakal..)" Tofu meminta bantuan pada sosok Shuji yang baru semalam mereka akrab karena si kecil ngamuk setelah diseret mandi oleh Usa. Saat itu Shuji bagai superhero yang menghibur si bocah dengan segala cara. Bahkan, pria itu juga menemani Tofu hingga tengah malam karena ia begadang tak bisa tidur.
Baiklah, kembali pada Tofu yang meminta bantuan Shuji. Dapat dilihat Shuji yang berpura-pura sedang berpikir. Yah, sebenarnya pria itu juga tak berniat membantu Tofu.
"Bagaimana ya.. ayah lelah jadi sedang tidak ingin."
Tofu yang ditolak dua kali lantas melepaskan si kucing karena memang kucing itu juga terasa semakin liar. Melihat kepergian satu-satunya sahabat, Tofu semakin sedih dan kemudian langsung pergi meninggalkan ruang keluarga.
Kaki kecilnya melangkah laju menuju dapur, tempat mamanya bersemayam sejak satu jam yang lalu. Namun, nyatanya di dapur tak sesunyi itu. Haisa ditemani Lunar, Havna, dan Viensa. Sisanya sedang berkumpul di lantai atas untuk mendiskusikan perkembangan situasi mereka. Tadinya Worgan akan mengajak Tofu juga, tapi Desva segera mengingatkannya bahwa di lantai atas terlalu banyak barang berbahaya karena memang Worgan dulu menjadikan tempat itu sebagai ruang penyimpanan senjata.
Kembali ke topik. Inginnya sih Tofu langsung mengadu, tapi sepertinya agak sulit menarik perhatian para ibu-ibu yang sedang ngerumpi itu. Apalagi, tubuh cebolnya sangat tidak mendukung karena Haisa sengaja memasang barikade di area dapur. Sengaja, agar Tofu tidak mendekati kompor dan pisau. Atau, apapun itu yang mengancam kemulusan kulitnya.
"Maa!" panggil Tofu setengah berteriak.
Tak ada jawaban, hanya tawa kecil yang terdengar. Itupun karena topik gosip yang seru.
"Mamaaa!!" Tofu berteriak lebih keras sembari berusaha mendobrak barang-barang susunan ibunya. Tapi nihil, usaha si kecil sia-sia.
"Ma! Ih dek naaa!! Pu nii!! MAAAAAAAA! (Ih budek-nyaaa!! Tofu di sini!!)"
Masih hening dan Tofu mulai emosi.
"Ma!! Nga na cukkan bic ya?!! Cay nga di yut! (Telinganya kemasukkan bis ya?!! Dasar telinga di perut!)"
#author_istighfar_dulu
"Apa?"
Bukannya Haisa yang sadar, justru Shuji dari arah belakang lah yang mengejutkan Tofu. Shuji setengah tidak mengerti maksud perkataan bocah mungil itu, jadi ia bertanya untuk memastikan. Sementara Tofu sempat tersentak karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Basement [Dozoura Fam]
KurzgeschichtenDozoura, Keluarga yang kental sekali dengan tradisi turun temurun mereka. Licik, penuh taktik, bahkan dikatakan sangatlah cerdik. Organisasi hukum dunia saja bahkan harus meminta Hinafuka untuk mengatasi mereka. Bagaimana mereka menghindari ancaman...