"Haisa!"
Haisa membelalak kaget melihat Guanda, ayah mertuanya yang merupakan ayah kandung Worgan keluar dari barisan mobil mewah paling depan. Tidak biasanya pria itu berkunjung tanpa mengabari. Terlebih, sudah dua tahun Guanda tidak ke Jepang. Mendapat kunjungan mendadak membuat hati Haisa sedikit gelisah.
"A-ayah.. ada apa?"
Haisa akhirnya bertatap muka dengan Guanda di teras rumah. Tak lama setelahnya, orang-orang dari dalam mobil itu keluar, yang membuat Haisa jadi mengerti bahwa mereka adalah anggota keluarga Dozoura. Lengkap.
"Dimana Diagra?"
"D-di dalam.."
Menyaksikan situasi tak biasa itu, Desva yang sebelumnya berdiri tepat di samping Haisa memilih untuk segera masuk. Mengabari Worgan tentang ayah dan keluarganya. Hey! Worgan itu pergi dengan keputusan yang mantap. Dulu, Dozoura juga terkesan mengusir mereka karena kecewa. Tidak ada alasan untuk berkunjung seperti ini 'kan?
"Dimana si kembar, dan adikmu? Teman-temanmu juga." Guanda menatap lekat ke arah Haisa. Walau samar, Haisa dapat merasakan bahwa ayahnya itu sedang gelisah sekarang.
"Mereka akan segera kembali karena kami berjanji untuk membuat pesta kecil. Ada apa, ayah?" Tolong saja. Haisa semakin dibuat tak nyaman apalagi dengan tatapan tajam anggota keluarga Dozoura yang lain.
Haisa mengamati sekeliling, tidak fokus dengan Guanda yang mulai menjelaskan situasi. Karena, sepasang iris cantik Haisa menangkap sosok asing yang nangkring di atas pohon. Terlihat seperti...
"A-AWAS!"
...Membidik sesuatu.
Haisa berlari menerjang Lunar, membuat wanita tua itu sempoyongan namun, segera dipegangi oleh Girbel. Sedangkan Haisa seketika terjatuh merasakan sakit yang luar biasa di lengan kirinya.
Darah mulai bercucuran, merembes menembus pakaian yang Haisa kenakan. Melihat itu, tak ada yang tak panik. Bahkan Worgan yang baru keluar dari dalam rumah langsung menghampiri istrinya dengan tatapan khawatir. Mengabaikan keterkejutannya akan kehadiran Dozoura.
"Haisa.."
Wusshhh
Seseorang berlari dengan sangat cepat menuju pohon rindang tempat sniper itu bersembunyi. Itu Riyu, yang baru sampai setelah berada di kantor sejak kemarin malam. Ia sangat terkejut ketika baru tiba, malah mendapati kakak tersayangnya itu bersimbah darah di pelukan Worgan. Dan akhirnya tanpa ragu, Riyu berlari menuju orang yang dicurigai.
Salah satu anggota Dozoura dengan cepat menyusul Riyu. Gerakan lincah mereka yang mendadak itu memancing orang-orang yang bersembunyi dari berbagai arah, akhirnya menampakkan diri.
Timah panas secara brutal dilepaskan. Bahkan si kembar dan Ranzu yang baru tiba pun terlibat adu tembak dadakan. Ditengah kondisi itu, Desva yang mengintip dari balik pintu memutuskan untuk segera membawa bayi mungil di gendongannya menuju tangga darurat. Bisa gawat kalau Tofu terbangun dan menyaksikan pemandangan menegangkan itu.
"Sial! Hinafuka itu mengikuti kami diam-diam." Worgan melirik sekilas ayahnya yang kerepotan dengan senjata api. Mobil mewah di sana sudah tak lagi berbentuk karena dijadikan benteng dadakan. Para wanita dengan lihai menghindar dari tembakan dan langsung menuju ke dalam rumah tanpa terluka.
"Kenapa berurusan dengan mereka?!" kesal Worgan. Sejujurnya, pria itu cukup tau diri. Dozoura memang kuat, tapi berurusan dengan Hinafuka bukanlah sesuatu yang bagus. Mereka menang di kualitas, sedangkan jelas kalah dari segi kuantitas.
"Mereka yang memulai."
"Bakar tempat ini, Sinuka!" Yah, ketika Worgan menangkap sosok Sinuka di tengah-tengah kerumunan, dengan lantang ia memberi perintah. Sementara itu Sinuka melotot mendengar seruan Worgan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Basement [Dozoura Fam]
Short StoryDozoura, Keluarga yang kental sekali dengan tradisi turun temurun mereka. Licik, penuh taktik, bahkan dikatakan sangatlah cerdik. Organisasi hukum dunia saja bahkan harus meminta Hinafuka untuk mengatasi mereka. Bagaimana mereka menghindari ancaman...