11. Kenapa, Rahasia

106 28 98
                                    

Suasana rumah sakit yang semakin sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Marcella juga sudah mengganti seragam OSIS-nya menjadi baju dari rumah sakit.

Sedari tadi Aldo menggaruk-garuk tubuhnya, seragam OSIS yang penuh keringat itu masih melekat ditubuhnya. Lagipula Aldo juga tidak ada niatan untuk pulang sebelum orang tua Marcella datang. Apa lagi saat ini Marcella sedang terlelap dalam tidurnya, tidak mungkin Aldo meninggalkannya begitu saja.

Tadi siang juga Marcella sudah makan makanan yang ada dirumah sakit, sementara Aldo membeli makanan di kantin rumah sakit, saat ini benar-benar banyak sekali beban di hidupnya, pikirannya dipenuhi oleh ketidak nyamanan. Aldo tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang, matanya menatap Marcella yang terbaring di ranjang rumah sakit penuh dengan rasa kasian. Lalu sofa empuk itu pun mampu membuat Aldo sedikit mengantuk, dan Aldo pun tertidur.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam, tapi orangtua Marcella masih belum datang. Aldo terbangun 5 menit yang lalu, dia hanya menatap kasian kepada Marcella, lalu Aldo pun mengecek handphonenya, berharap ada kabar baik, contohnya adalah Aldo tetap mendapat nilai dari Bu Arin walaupun tidak mengikuti ulangan harian.

"Wah gila, rame banget. Jadi males balesin satu-satu, biarin aja deh." Dan baru saja ingin menyimpan benda gepeng itu ke dalam sakunya tiba-tiba ada seorang yang menelpon Aldo. Setelah membaca siapa yang meneleponnya Aldo pun memutar bola matanya malas. Tapi dia harus tetap mengangkat teleponnya.

"Apa?." Ketus Aldo

"Gimana keadaan dia sekarang?. Jagain ya Do, gue sayang banget sama dia, tapi gue belum bisa jengukin dia."

Sontak Aldo menutup teleponnya, sudah Aldo duga pasti ini yang dia katakan dan ternyata benar. "Lama-lama males gue berhubungan sama lo." Dia menatap layar handphonenya, dan melihat matanya yang sudah mulai seperti mata panda.

"Kayaknya ada yang ngetuk pintu." Aldo sontak mendekat kearah pintu dan mengecek siapa yang datang.

"Loh.. bibi." Aldo kaget, ternyata yang datang bibi. ART dirumah Marella dan Marcella ini sangat baik hati, bahkan sudah Marella anggap seperti orangtunya sendiri.

"Iyaa den." Aldo pun membuat kan pintu untuk bibi agar bibi masuk, Aldo juga membantu membawakan barang bibi. "Kok malem gini bi kesininya?. Eh duduk bi." Aldo menaruh barang bawaan bibi ke atas laci dan langsung duduk di samping bibi.

"Iya den. Bibi juga nunggu non Marella tidur, soalnya non Marella lagi tidur dikamar bibi." Mata bibi saat ini benar-benar menandakan kelelahan. Tidak pantas jika bibi pergi malam-malam sendirian.

"Eh bibi kesini sama siapa bi?, Terus orangtua Marcella gimana?." Ucapan dari Aldo ini membuat bibi menunduk sedih, matanya berkaca-kaca.

Bibi pun berusaha memegang tangan Aldo dan berusaha untuk tetap tegar. "Maaf den, bibi udah repotin aden. Tapi bibi udah sering banget ngerasain kaya gini den. Non Marcella juga udah sering bolak-balik ke rumah sakit tanpa ada yang nganterin tapi setelah bibi tau den Aldo dengan senang hati mengantar non Marcella ke rumah sakit, bibi amat sangat berterima kasih ke aden."

Aldo menepis tangan bibi pelan dan menggerakkan tangannya untuk mengelus pundak bibi sesaat untuk memberi ketenangan. Aldo sudah tau semuanya.

"Apa orangtua Marcella sesibuk itu ya bi? Sampe-sampe buat nengok anaknya aja ga ada waktu?."

Bibi mengusap air matanya, merawat 2 anak kembar yang juga memiliki rahasia masing-masing membuat bibi merasa banyak sekali yang disembunyikan dari keluarga ini, itu juga sebabnya kenapa keluarga mereka tidak pernah terjalin dengan baik. "Oiya den, sebenernya banyak sekali yang mereka sembunyikan, tapi sepertinya bibi belum bisa cerita sekarang."

Marella Ingin BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang