Halaman 5

54 9 1
                                    

"Gimana?" Tanya Juan memastikan.

"Makasih Ju, udah mendingan." Jawab Satya sambil menyenderkan tubuh pada kursi. Napasnya berhembus lega karena tenggorokannya terasa terhidrasi.

Juan ikut menyenderkan tubuhnya. Sekarang mereka sedang berada di taman samping sekolah, yang pemandangannya langsung menuju parkiran yang tak jauh dari sana, maka dari itu di sekitar sini tidak terlalu ramai.

Juan langsung membawa Satya pergi untuk membelikannya minuman, karena setelah pertengkaran yang menguras suara itu akhirnya membuat tenggorokan Satya perih.

Mengingatnya kembali membuat Juan tersenyum dan tertawa.

Satya menoleh ke arah Juan saat mendengar samar suara tawa dan itu berasal dari orang yang menjadi awal pertikaiannya dengan Reno.

Ia langsung memiringkan tubuhnya, "Lu ketawa?"

Tangan Juan reflek menutup mulutnya agar bungkam, meski masih senyum-senyum "maaf gak maksud, tapi ingetnya lucu banget..."

Rasanya agak sulit untuk menghapus ingatannya soal kejadian tadi di kelas. Juan menopang sekaligus menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan, badannya bergetar karena tawa tak bersuaranya. Gerak-gerik Juan  tak lepas dari pandangan Satya.

"Duh maaf maaf, susah banget lupain kejadian tadi." Ujarnya sambil memukul kepalanya pelan menggunakan tangan kanannya.

Sebelah bibir Satya terangkat bersamaan dengan tangannya yang menghentikan tangan lain yang sibuk memukul kepalanya sendiri.

"Gapapa, jangan pukul kepala lu nanti sakit. Ketawa aja jangan ditahan."

Juan membalas tatapan Satya dengan posisi yang mana tangannya masih berada digenggaman Satya.

"Enggak enggak udah bisa berhenti kok huh... maaf soal tamparan tadi." Jawab Juan sambil menetralkan diri dan tangannya mengusap pipi Satya pelan.

Setelah diam beberapa saat, Satya melepas tangan Juan dan kembali minum, tapi itu menjadi celah Juan untuk menggoda Satya.

"Salting ya?"

Hampir saja Satya tersedak, "kata siapa?!"

"Gue kalau salting dan ada minuman ya gue minum, menetralisirkan. Lo juga pasti gitu."

Ekspresi baru dari Juan, tengil. Baru pertama kali Satya lihat.

"Teori dari mana? Sok tau."

"Yaudah, terserah anak pak Wandi aja."

"Juan jangan ikutin jejak si Reno, beneran deh."

Juan hanya tersenyum melihat ekspresi Satya yang tampak lelah mendengar ejekan khas Reno, jangan sampai Juannya bergaul dengan Reno.

"Tapi," Satya membuka suara.

"Hm?"

"Thanks udah kasih tau ciri-ciri pas lu salting, bakal gue tandain."

Ugh.. ekspresi Satya lebih menyebalkan dari sebelumnya, tengil, jahil sekali ditambah Satya memajukan wajahnya dan alisnya yang ia angkat.

Senyuman khas Juan yang tidak banyak bisa orang lain lihat keluar, ia ikut mendekatkan wajahnya seperti Satya. "Let's seee."

Juan pergi begitu saja meninggalkan Satya, kebiasaan. Sedangkan Satya masih berdiam diri memperhatikan Juan yang semakin jauh, tatapan yang begitu intens ia layangkan.

Juan semakin menarik di matanya, apalagi senyuman tadi dan sisi Juan yang baru saja ia lihat. Satya semakin yakin untuk tidak akan berhenti melangkah maju.

All PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang