1. Pengkhianatan

394 58 12
                                    

KUKIRA CUMA OJOL TERNYATA SULTAN

"Dar, aku balik dulu, ya."

Aku yang sedang membuka loker langsung menoleh. Ternyata Marisa teman satu kosan yang pamitan.

"Kok buru-buru banget. Katanya mau belanja dulu?" tegurku pada cewek dengan rambut sebahu itu.

"Ah gak jadi deh, hari ini aku ada janji dengan pacar aku," jawab Marisa dengan pipi yang merona.

"Pacar yang mana? Perasaan kamu kalo pulang gak ada yang menjemput," celetuk Rini teman aku yang lain. Kami semua adalah karyawan di sebuah distro. Dan toko kami biasa tutup pukul setengah lima sore, seperti sekarang ini.

"Pacar aku itu spesial, jadi gak boleh dipamerkan ke sembarang orang," sahut Marisa sambil menaikan dagunya.

Hal tersebut membuat Rini mencebikan bibirnya. Sedangkan aku hanya tersenyum saja.

"Udah ya aku jalan dulu," pamit Marisa kemudian. Gadis itu pura-pura memeluk aku dan Rini sebelum akhirnya berlalu meninggalkan ruang ganti ini.

"Aku kok kayak ngerasa Marisa menyembunyikan sesuatu deh sama kita," ujar Rini begitu bayangan Marisa tidak tampak lagi.

"Maksudnya?" tanyaku sambil menutup pintu loker dan menguncinya.

"Dia itu kan suka pamer dalam segala hal, termasuk pacarnya yang dulu udah putus itu. Tapi, pacar yang sekarang ini kok disembunyikan banget. Aku jadi curiga--"

"Hei ... gak boleh suudzon begitu!" Aku langsung melarang, "mungkin pacar Marisa yang baru ini anaknya introvert. Jadi gak suka dikenalkan ke teman-temannya," tuturku membuat opini. "Ya udah yuk kita cabut!" ajakku kemudian.

Aku dan Rini mencanglong tas masing-masing. Kami beriringan ke luar toko. Di halaman depan pacar Rini sudah duduk nangkring di atas motor Vario-nya. Gadis itu pun segera menemui sang pujaan hati usai memeluk sebentar.

Usai membalas lambaian Rini, melangkah sendiri. Kaki ini aku arahkan ke minimarket. Ada beberapa barang yang mesti dibeli. Terutama jajanan untuk Zayan.

Zayan adalah tunanganku. Kami sudah menjalin hubungan selama satu tahun lebih. Rencananya kami akan menggelar pernikahan dua minggu lagi. Untuk saat ini persiapannya sudah hampir sembilan puluh persen.

Sekitar setengah jam lebih aku berbelanja. Usai membayar di meja kasir, minimarket pun kutinggalkan. Sekarang waktunya ke tempatnya Zayan.

Rindu berat pada Zayan membuat aku menyuruh ojol yang kunaiki untuk sedikit menambah kecepatan motornya. Maklum sudah lebih dari seminggu kami belum bertemu. Alasannya tentu saja karena dia sibuk. Apalagi semenjak dia diangkat menjadi kepala tim di tempatnya bekerja.

Aku tiba di rumah kontrakan Zayan saat matahari sudah terbenam. Seperti biasa rumahnya dalam keadaan sepi. Wajar saja karena dia sering pulang telat. Alasan itulah yang membuat Zayan memberikan kunci serep rumahnya padaku. Jadi bisa bebas main kapan saja tanpa harus menunggu dirinya pulang.

Langkah ini terasa ringan saat memasuki rumah tunanganku ini. Dengan semangat empat lima kaki ini tertuju ke arah dapur. Namun, langkah ini seketika berhenti saat mendengar bunyi menghantam hati. Suara desa h a n dari kamarnya Zayan.

Kukira Cuma Ojol Ternyata SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang