KUKIRA CUMA OJOL TERNYATA SULTAN
Bab 2 Suami Dadakan
Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Tahu-tahu saat membuka mata aku merasa berada di tempat yang asing. Namun, setelah diamati sepertinya aku berada di sebuah kamar rumah sakit.
Terus siapa yang bawa aku ke sini?
Kembali aku mengedarkan pandangan. Sepi tidak ada orang. Tapi sepertinya aku berada di ruangan yang tidak biasa. Karena tidak ada pasien lain di tempat ini. Fasilitas seperti televisi, toilet private, dan satu set sofa membuat aku yakin jika ini bukan kamar yang murah.
"Sttt!" Aku mendesis. Sumpah ini beneran sakit banget
Tenggorokan ini cukup kering. Rencananya aku ingin mengambil air mineral di nakas samping. Nyata tubuhku terasa mau patah saat akan bangun dari rebahan.
Haus yang mendalam mendodongku untuk berusaha menggapai nakas. Sayangnya bukan botol air yang tergapai melainkan gelas. Sialnya lagi gelas itu luput dari tangan. Bisa kalian bayangkan benda kaca itu auto pecah saat jatuh ke lantai.
"Ada apa, Mbak?"
Aku menoleh ke pintu. Seorang pemuda berpakaian jaket ojol mendekat. Aku ingat wajahnya. Dia yang menyerempet aku di jalan. Eh bukan ... gara-gara kecerobohanku saat menyeberang motornya menyenggol tubuhku.
"Mbak mau apa?" Dia bertanya lagi.
"Mi-minum." Suaraku terdengar sedikit serak.
Pemuda yang kutaksir tinggi badannya di atas seratus delapan puluh centimeter itu mengambil botol air mineral. Dia menyerahkan usai membuka tutupnya. Tahu aku kesakitan saat menggerakkan badan, dirinya menyodorkan botol tersebut sampai ke depan bibirku. Maksudnya adalah menyuapkan.
"Makasih." Suaraku masih terdengar pelan usai selesai minum.
"Tadi udah mendapatkan perawatan waktu Mbak pingan," lapor pemuda itu sambil menaruh botol air di tempatnya, "katanya sih gak begitu parah. Cuma lecet-lecet biasa. Kata dokter besok siang sudah boleh balik," terangnya lagi tampak mulai santai.
Aku sendiri hanya diam mendengarkan. Sedikit tidak terima waktu dia bilang cuma lecet biasa. Karena faktanya seluruh persendianku terasa sakit saat digerakan. Belum lagi bagian hidung. Ingat sekali tadi sore aku sempat mencium aspal.
"Karena Mbak harus menginap di sini, makanya tadi saya coba menghubungi keluarga Mbak lewat HP ini." Pemuda itu menunjukan ponsel milikku. "Waktu saya hubungi kontak dengan nama Ibu, sayang banget nomornya gak aktif."
Di depannya aku menyimak penjelasan pemuda itu.
"Terus saya hubungi kontak dengan nama sayang. Syukurlah langsung tersambung."
Aku terperangah mendengarnya. Kontak yang dia maksud adalah nomornya Zayan.
"Terus?" sahutku lumayan panik.
"Tunangan Mbak yang namanya Zayan sebentar lagi akan datang."
"Enggak! Gak!" Aku lasung menggeleng tegas, "aku gak mau ketemu sama dia," tolakku langsung.
"Waduh kenapa, Mbak?" Dahi pemuda itu berkerut heran.
"Pokoknya aku gak mau ketemu dia!" balasku tegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Cuma Ojol Ternyata Sultan
HumorJangan menilai seseorang hanya dari luar. Sepertinya pepatah itu cocok disematkan untuk Andara. Gadis itu tidak menyangka jika tukang ojek yang hendak ia sewa sebagai suami bohongan ternyata adalah seorang Sultan. Pantas saja Andara sempat ditolak m...