"Pak, saya bisa jelaskan semua," ujar Zayan berusaha membujuk, "apa yang terlihat di video itu tidak sama kejadian dengan apa yang kami lakukan, Pak," tuturnya dusta.
"Mata saya masih waras untuk melihat video itu. Jelas-jelas kalian saling rangkulan saat masuk ke hotel," ujar Pak Rizal tenang.
"Saya dan Zayan kan memang teman akrab, Pak. Sudah biasa rangkulan seperti itu. Dara saja tahu kalo kita dekat," timpal Eva ikut berbohong.
Pak Rizal menatap asistennya dengan intens. "Eva kamu ingat gak saya ngangkat kamu jadi asisten saya atas rekomendasi Dara?"
"Eh iya, Pak." Eva mengangguk kikuk.
"Harusnya kamu berterima kasih sama Dara, bukannya menu suk dia dari belakang," lanjut Pak Rizal dengan dingin.
Tatapan pria itu yang semakin menajam membuat Eva tidak berani balas menatap. Gadis itu memilih untuk menunduk karena memang merasa bersalah.
"Dan kamu, Zayan." Pak Rizal gini mengalikan perhatiannya pada Zayan, "Dara mengorbankan karirnya yang sudah mapan di sini demi kamu, harusnya kamu menjaga dia. Bukan mengkhianati seperti ini."
Zayan bergeming. Dia tidak mampu membalas.
"Pak, apa gak bisa nunggu sampai akhir bulan? Biar kami bisa ikut gajian," mohon Eva kembali membujuk.
"Saya tidak pernah mentolerir setiap bentuk pelanggaran," sahut Pak Rizal tampak berwibawa, "lebih cepat kalian meninggalkan tempat ini itu lebih baik. Daripada video kalian menyebar, bisa heboh para karyawan. Dan itu bisa merugikan kalian, terutama kamu Eva."
Eva tertohok dengan ucapan Pak Rizal. Baginya apa yang atasannya katakan itu ada benarnya. Jika rahasia kedekatannya dengan Zayan tersebar bisa bahaya buat kelanjutan hubungannya dengan sang kekasih. Saat ini gadis itu memang sedang menjalani LDR dengan pacarnya yang menuntut ilmu di kota Jogjakarta.
"Jika kalian sudah paham sebaiknya cepat tinggalkan tempat ini," usir Pak Rizal kemudian.
Zayan tidak menyahut. Laki-laki itu hanya berdiri dari duduknya. Marah membuatnya beranjak tanpa mengucapkan kata permisi.
Begitu juga dengan Eva. Gadis itu lekas menuju meja kerjanya yang berada tidak jauh dari meja Pak Rizal. Meski sedih mau tidak mau dia harus membereskan meja kerjanya.
Sementara itu di luar Zayan berjalan dengan gontai. Pemuda itu sedang galau. Bagaimana tidak?
Tidak ada angin dan tidak ada hujan dirinya tiba-tiba kena pecat secara tidak hormat. Tanpa uang pesangon pula.
Padahal Zayan sedang menyusun rencana. Dia akan menyewa pengacara untuk menjerat Andara atas pembatalan pernikahannya. Namun, video kebersamaannya dengan Eva menghancurkan mimpinya.
"Ini pasti perbuatan Dara. Siapa lagi?" tebak Zayan saat teringat kedatangan Andara yang tiba-tiba ke tempat kerjanya. "Tapi bagaimana bisa dia mendapatkan video itu? Apakah Dara mengutus seseorang untuk memata-matai aku?"
Zayan terdiam untuk berpikir. "Atau jangan-jangan dia masih berharap kami balikan lagi, makanya nyuruh orang buat ngikutin aku," pikirnya percaya diri.
"Aku harus ketemu sama dia," putus Zayan kemudian.
Pemuda itu mulai membereskan meja kerjanya. Sebuah photo dan laptop ia masukan ke dalam tas kerjanya. Usai mengambil kunci mobilnya, Zayan pun berlalu.
Beberapa anak buahnya tampak heran melihat Zayan menenteng tas kerjanya. Tentu karena belum waktu pulang. Namun, mereka enggan bertanya.
"Zayan!"
Zayan yang sedang membuka pintu mobilnya menoleh. Eva terburu-buru mendekat.
"Aku ikut," pinta gadis itu. Kendati tidak diiyakan oleh Zayan, Eva tetap saja memasuki mobil berwarna hitam tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Cuma Ojol Ternyata Sultan
HumorJangan menilai seseorang hanya dari luar. Sepertinya pepatah itu cocok disematkan untuk Andara. Gadis itu tidak menyangka jika tukang ojek yang hendak ia sewa sebagai suami bohongan ternyata adalah seorang Sultan. Pantas saja Andara sempat ditolak m...