"Siapa yang kumpul kebo, Bu?" Galaksi langsung menyahut.
"Kalian berdua lah, siapa lagi?" balas si ibu sambil memperhatikan aku. Matanya menatapku intens. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seperti sedang dikuliti.
Jujur aku sangat risih karenanya. Terlebih saat bibir si ibu mencebik melihat pakaian yang kukenakan. Kaos longgarnya Galaksi terlihat seperti mini dress untukku.
"Ibu tuh salah paham. Kami ini tidak kumpul kebo," ujar Galaksi mencoba mengklarifikasi.
"Orang tinggal bareng satu atap tanpa ikatan pernikahan apa namanya kalo bukan kumpul kebo?" timpal si ibu tidak mau mengalah.
"Kita gak tinggal bareng, Bu." Galaksi kembali mengelak.
"Gak tinggal bareng, tapi sudah tidur bareng?"
"Astaghfirullah!" Aku langsung menyebut. Pedes banget itu perempuan ngomongnya.
"Ya ampun Ibu Siti! Tolong dong jangan buat fitnah di sini." Suara Galaksi sudah tidak seramah tadi.
"Siapa yang fitnah? Jelas-jelas dengan mata kepala sendiri, saya melihat kalian lagi ... ah pantes deh diucapkan."
"Apa yang Ibu lihat itu gak seperti apa yang Ibu pikirkan," bantah Galaksi pantang menyerah.
"Udah-udah! Saya gak mau berdebat." Ekspresi Ibu Siti lumayan lebay. Sudah kepalanya menggeleng, tangannya juga ikut bergoyang. "Saya harus laporkan kejadian ini ke Pak RT," putusnya tegas.
"Buat apa, Bu?" Tak disangka aku dan Galaksi kompak menyahut.
"Pake tanya lagi, ya buat ngelaporin kelakuan a su si la kalianlah."
"Ya ampun, Bu Siti. Kami itu gak ngelakuin apa-apa, Bu," bantah Galaksi mulai kesal, "kamu bantu jelasin dong. Jangan cuma diam," suruhnya sambil menyikut lenganku.
"Ah iya, Bu." Aku langsung mengangguk. "Tadi itu saya gak sengaja liat kecoa. Karena jijik jadi saya langsung menghampiri Mas Gala. Maksud hati minta perlindungan, tapi saya terlalu kuat meluknya. Makanya kita jatuh," terangku sejujurnya.
"Kamu pikir saya percaya?" ujar Ibu Siti dengan mata membulat. "Masa iya sama kecoa aja takut. Kalo mau cari alasan yang masuk akal dong."
Astaga ini perempuan tua mulutnya ngeyel betul.
"Memang kejadiannya seperti itu, Bu," timpal Galaksi meyakinkan.
"Saya gak percaya," tandas Bu Siti menggeleng.
"Ada apa sih ini kok rame banget dari tadi?" Tiba-tiba datang seorang pria seumuran Ibu Siti. "Ada apa, Mah?" tanya laki-laki berpeci itu pada Ibu Siti.
"Ini, Pah, Gala main perempuan di rumah ini," adu Bu Siti segera. Dari nada panggilannya sepertinya mereka suami istri.
"Gak bener itu Pak Udin." Galaksi langsung membantah. "Dara ini teman saya yang kebetulan main."
"Pah, dengan mata kepala sendiri mamah lihat mereka tindih-tindihan di lantai ini." Ibu Siti kian semangat mengompori.
"Astaghfirullah hal adzim!" Pak Udin menutup mulutnya sendiri. "
"Udah, Pah, sebaiknya kita bawa saja mereka ke rumah Pak RT biar dinikahkan saja," saran Ibu Siti semangat.
"Apah?" Galaksi tampak terkaget.
Beda cerita dengan aku. Bagiku ini yang namanya gayung bersambut. Dari semalam aku bingung membujuk si Galak ini untuk jadi suami bohongan. Eh pagi ini Allah justru kasih jalan.
"Gak usah kaget begitu, Gala. Kan kamu sudah tahu peraturan di sini, dilarang membawa lawan jenis kecuali yang sudah menikah."
"Iya, Bu, tapi--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Cuma Ojol Ternyata Sultan
HumorJangan menilai seseorang hanya dari luar. Sepertinya pepatah itu cocok disematkan untuk Andara. Gadis itu tidak menyangka jika tukang ojek yang hendak ia sewa sebagai suami bohongan ternyata adalah seorang Sultan. Pantas saja Andara sempat ditolak m...