4. Tercyduk

139 25 3
                                    

"Ya udah deh aku mau."

Aku terpana. 

"Tapi nikah beneran ya biar gak dosa," lanjut Galaksi dengan santai, "biar halal kalo bobo bareng."

Aku masih terpaku. 

"Kapan lagi nih bisa nikahin cewek cantik digaji pula," ujar Galaksi dengan senyuman yang lebar. 

Kali ini aku melayang. 

"Tapi bo'ong!"

Omongan Galaksi seketika menjatuhkan anganku yang sudah sempat melayang. Untung belum terlalu tinggi sehingga sakitnya tidak begitu parah. Tapi tetap saja menjengkelkan. 

"Udah deh, Dar, mending kamu istirahat dulu," saran Galaksi kembali memasang wajah datar. "Aku juga mau balik sebentar buat ganti baju," lanjutnya seraya menepuk jaket seragamnya. 

"Gimana bisa tidur kalo masalahku ruwet begini," timpalku lemah. "Aku tahu watak Zayan, pasti dia sudah ngadu yang enggak-enggak ke keluarganya tentang kita. Ke keluarga aku juga nanti."

"Ck! Kok aku jadi kebawa-bawa masalah kalian sih?" decak Galaksi ikutan kesal, "ya udah deh besok aku carikan teman yang mau nikah bohongan sama kamu," putusnya kemudian. 

"Teman?" tanyaku memperjelas. 

"Iya, aku punya banyak teman yang masih single."

"Jadi kamu sudah menikah?" Entah kenapa separuh hatiku rasanya gak rela kalau Galaksi sudah menikah. 

"Kenapa memang?" Galaksi malah balik tanya. 

"Ya, makanya kamu jadi gak mau bantuin aku kan?" 

Galaksi terdiam sejenak. "Whatever lah! Udah ya aku balik dulu. Kamu mending istirahat. Kalo butuh bantuan itu tombol di nurse call pencet aja," terangnya seraya menunjuk tombol yang menempel di dinding. 

Galaksi meraih topi hitam yang sedari tadi diam di atas meja. Kok dia makin ganteng ya saat pakai penutup kepala itu. Jujur aku termasuk cewek yang tidak gampang memuji cowok. Tapi jujur Galaksi ini punya pesona yang dapat melunturkan hati perempuan. 

Galaksi melangkahkan kakinya menuju pintu. 

"Tunggu!" seruku saat dia memegang gagang pintu. 

Galaksi tampak malas saat balik badan. "Apa lagi?" 

"Eum ... teman kamu ada yang ganteng gak?" tanyaku sambil mengigit bibir. Jujur, malu juga saat menanyakan itu. 

Galaksi tampak menghempaskan napasnya. "Kenapa memangnya?"

"Itu ... Kamu kan liat sendiri kalo Zayan itu ganteng," tuturku dengan hati-hati, "aku takut dia akan mengejek kalo liat cowok yang mau nikah bohongan dengan aku gak ganteng kayak dia."

"Aku punya banyak kenalan model ganteng kok, tenang aja." 

"Serius?" tanyaku tidak percaya. Bukannya meremehkan. Masa iya tukang ojek punya banyak kenalan model ganteng. 

"Masalahnya mereka mau gak sama kamu."

"Idihhh belagunya!" Lagi-lagi omongan Galaksi membuat aku kesal. 

"Iyalah, mereka biasa dapat honor gede setiap habis pemotretan. Dua sampai tiga kali lipat dari duit yang kamu tawarkan," terang Galaksi dengan wajah datarnya. 

Tanpa menunggu reaksiku dia membuka pintu dan ke luar kamar. 

Aku memperhatikan pintu yang sudah tertutup itu. Bayangan Galaksi benar-benar sudah tidak terlihat lagi. Aku mende sah risau karenanya. 

Kukira Cuma Ojol Ternyata SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang