1

7 0 0
                                    

Gadis cantik itu menepikan motor pink kesayangannya itu di depan rumah, ia melihat mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan rumahnya yang sederhana itu.

"Assalamualaikum." Ucap sekara, ia masuk ke dalam rumahnya, disana ia melihat ayah nya sedang memohon pada seorang pria yang usia nya diatas dirinya.

"Ayah? Ada apa ini?" Sekara menatap bingung dengan apa yang terjadi.

"Nak, ayah meminjam uang untuk pengobatan ibu mu. Dan sekarang tuan axel menagih uang nya, maafkan ayah ya nak." Ucap ayah sekara.

"Tuan, saya mohon beri kami waktu sedikit lagi. Saya akan mengganti uang tuan." Ucap sekara, menatap pria dihadapannya.

"Mengganti nya? Dengan apa? Kau tau, hutang ayah mu itu senilai 2 miliyar. Dengan apa kau menggantinya? Bahkan jika kalian menggadaikan rumah ini pun, ini tidak ada apa-apanya." Ucap pria disebelah Axel.

"Kau sudah dengar yang diucapkan asisten ku bukan? Baiklah, aku punya satu penawaran." Ucap axel.

"Apa tuan?." Tanya ayah sekara.

Sekara punya firasat buruk tentang tawaran ini.

"Putri mu menikah dengan ku" ucap axel.

"Tapi tuan.." ucapan asisten axel itu terpotong kala axel lebih dulu menjawab.

"Ini keputusanku, bagaimana pak wildan? Tapi kau tetap harus membayar semua hutang mu, baru aku akan melepaskan atau menceraikan putri mu." Ucap axel.

Sekara yang mendengar itu, memicingkan matanya, ia yakin ada maksud lain dibalik tawaran pria ini.
Tapi, ayah sekara menatap penuh harap pada nya, sekara yang ditatap seperti itu, hanya bisa menganggukan kepalanya saja.

"Putri saya menerima nya." Ucap ayah

"Saya mau pernikahan di lakukan besok, dan juga tidak ada pesta pernikahan, karena ini hanya pernikahan sementara." Ucap axel, lalu pria itu pergi, meninggalkan rumah itu, dan diikuti asisten nya.

Sekara dan ayahnya langsung berpelukan, sekara menangis dalam dekapan ayahnya. Sementara, bunda dan adiknya, ada di dalam kamar.

****
"Nak, pernikahan bukan hanya sekedar mainan, itu hal yang sakral. Kenapa kalian mempermainkan pernikahan?" Tanya bunda, pada ayah dan sekara.

"Maafin ayah bun, ayah terpaksa meminjam uang pada pria itu, ayah ga mau kehilangan bunda." Ucap ayah.

"Tapi kita akan kehilangan putri kita, ayah, bunda mohon jangan nikahkan kara dengan pria itu. Bunda ga rela, bunda bisa sembuh, tapi bunda harus liat anak bunda menderita, rasa sakit tumor itu ga sesakit saat bunda harus terima kenyataan kalau putri yang bunda lahirkan akan menanggung semua ini." Ucap bunda, ia terisak sembari memeluk putrinya.

"Apa tidak ada cara lain yah? Kenapa pria itu harus menikahi kakak?" Tanya Eje.

"Tidak ada, kalau pun kita jual segala yang kita punya, kita tidak akan bisa melunasinya" ucap ayah, ia terduduk lemah.

"Bunda, kara ikhlas. Bunda sama ayah gausah pikirin cara bayar uang itu, kalo ayah ga bayar-bayar, otomatis pria itu tidak akan menceraikan kara. Dan kara tidak mempermainkan penikahan kara." Ucap sekara.

"Kenapa kita ga kabur aja?" Tanya eje.

"Lo ga liat? Diluar banyak tuh pengawal nya." Ucap Sekara.

"Lo yakin kak?" Tanya Eje.

"Yakin ga yakin." Ucap sekara.

The Guaranteed MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang