9

1 0 0
                                    

Malam dipenuhi bintang bintang yang berkilauan, sekara menatap penuh arti pada langit, apakah langit bisa membawa kebahagiaan untukny, ia ingin terbang bebas di langit bersama burung atau pun kelalawar.

Mata indah sekara, meneteskan air mata, hatinya merindukan keluarga nya, sekurang kurang nya ekonomi nya, tapi kasih sayang tetap untuknya.

"Ya allah, lembutkanlah hati suami ku, berikan aku kesabaran dan ke ikhlasan untuk berjuang, berikan aku ridho mu ya allah." Ucap sekara.

Sementara itu di apartemen lain, axel sedang bersama lorin, ia menghabiskan banyak waktu bersama wanita itu.

"Nanti, kalo anak kita lahir, kamu akan ceraikan dia kan sayang?" Tanya lorin.

"Sampai ayah nya mampu mengembalikan uang ku." Ucap Axel.

"Sampai kapan? Bagaimana jika tidak dikembalikan?" Tanya lorin.

"Maka, aku tetap menikahi mu, dan dia? Dia akan menjadi pembantu kita." Ucap axel.

"Aku tidak sabar menanti hari itu." Ucap lorin.

*****

Sekara, telah selesai membereskan rumah, hari ini mama dan papa axel akan kembali ke rumah nya, dan pria itu? Belum kembali sejak kemarin.

"Axel belum pulang ya ra?" Tanya tiana.

"Iya mah, mungkin masih banyak tugas kantornya, sampe dia harus nginep, nanti siang aku kesana, sekalian anterin bekal siang." Ucap sekara.

"Ra, mama sama papa pulang sekarang deh, soalnya papa kamu ini juga ada kerjaan." Ucap tiana.

"Ga bisa lebih lama lagi mah?" Tanya sekara.

"Nanti, mama pasti sering kesini, jaga diri baik baik ya sayang." Ucap tiana.

"Iya mah" sekaran memeluk satu persatu kedua orang tua axel.

Saat memeluk papa mertuanya, papa mertuanya itu mengatakan sesuatu, yang membuat hati nya berkecamuk tak tentu.

"Papa tau yang terjadi, kamu tetap harus kuat, bertahan dan bersabar sekara." Bisik papa axel.

"Yaudah, sekara, jaga diri baik-baik." Ucap tiana.

"Ayo sekara antarkan ke basemant" ucap sekara.

"Eh gausah, papa sama mama aja." Ucap tiana.

"Tap-"

"Ga papa sekara." Ucap tiana, sekara akhirnya mengangguk.

Setelah kedua ortu axel pergi, sekara di depan jendela, hati nya tak bisa berbohong, ia sakit hati.

Saat hatimu terluka
Akulah yang menemanimu
Membasuh air matamu

Namun, mengapa ketika
Hatimu t'lah tersenyum lagi
Aku yang kaulupa?

Tak sadarkah selama ini
Ku juga s'lalu menginginkanmu?

Mengapa sulit
Untuk ku bisa miliki hatimu?
Bahkan s'lama ini
Hadirku tak berharga untukmu

Yang terjadi kini
Ku hanya rumah persinggahanmu di saat kau terluka
Dan di saat semuanya reda
Kau menghilang begitu saja

Jika memang ini tak ada harapan
Mengapa aku yang harus jadi tujuan?
Saat hatimu terluka, aku yang jadi obatnya
Tanpa pernah kauhargai cinta dan kasih yang setulus ini

Mengapa sulit

Mengapa sulit
Untuk ku bisa miliki hatimu?
Bahkan s'lama ini
Hadirku tak berharga untukmu, ho-ho-ho

Yang terjadi kini
Ku hanya rumah persinggahanmu di saat kau terluka
Dan di saat semuanya reda
Kau menghilang begitu saja

Dan di saat semuanya reda
Kau menghilang begitu saja

Setelah menyelesaikan lirik lagu rumah singgah, air mata sekara mengalir deras, ia hanya tak bisa bilang bahwa ia sakit dan tak bahagia dengan pernikahan ini.

"Luka ku urusan ku, tapi air mata ku tidak bisa membantuku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Guaranteed MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang