1. Kepulangan Amanda

30K 2.2K 59
                                    

Olivia Salshabilla, seorang wanita berusia 30 tahun yang bekerja sebagai sekretaris seorang CEO bernama Arga Yudhistira. Olivia sudah bekerja di sana selama lima tahun, dan masih bertahan sampai sekarang. Arga, bosnya merupakan bos yang cukup baik. Hal tersebut membuat Olivia betah bekerja di sana tanpa memiliki niat sedikit pun untuk resign.

Karena sudah lumayan lama bekerja sebagai sekretaris Arga, Olivia jadinya sedikit tahu tentang kehidupan bosnya tersebut. Bosnya memiliki istri dan tiga anak. Satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Namun, Olivia dengar kalau salah satu anak Arga tinggal di Singapura bersama keluarganya yang lain.

Berbanding terbalik dengan sikap Arga yang baik, istri dan anak-anaknya justru bersikap sebaliknya. Istri Arga yang bernama Sarah selalu bersikap semena-mena pada Olivia ketika datang berkunjung. Begitu juga anak-anak Arga yang selalu sombong.

Namun, Olivia selalu mengabaikan sikap mereka karena dia bekerja hanya untuk Arga saja.

Hari ini, Olivia dengar kalau anak Arga yang tinggal di Singapura akan datang. Olivia belum pernah bertemu dengan anak Arga yang satu itu, dan belum tahu juga bagaimana sikapnya. Ya, semoga saja anak Arga yang satu itu sebaik ayahnya.

Olivia kini duduk di meja kerjanya, mengerjakan laporan yang harus segera dia serahkan pada sang bos. Saat Olivia sedang sibuk dengan komputer di depannya, seseorang berdiri di dekat mejanya membuat perhatian Olivia teralihkan. Seorang perempuan, yang Olivia taksir masih usia remaja itu berdiri dengan penampilan kasualnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Dek?" Olivia berdiri dan bertanya dengan ramah juga sopan.

"Apa ayahku ada di dalam sana?" Gadis remaja itu bertanya seraya menunjuk pintu ruangan Arga. Olivia pun terbelalak kaget mendengar itu. Ternyata gadis itu adalah anak Arga.

"Ya, Pak Arga ada di dalam." Olivia menjawab. Dia langsung berjalan menuju ruangan Arga dan membuka pintunya. Memberitahukan sang bos tentang kedatangan anak remaja barusan.

"Amanda, kamu sudah tiba? Kenapa tidak menghubungi Ayah?"

Arga, pria itu berjalan keluar dari ruangannya dan menghampiri anaknya yang bernama Amanda tersebut. Arga terlihat antusias bertemu dengan anak gadisnya tersebut, berbeda dengan Amanda sendiri yang tak menampakkan senyum sedikit pun.

"Kejutan untukmu, Yah. Juga untuk keluarga Ayah yang lain." Amanda menjawab perkataan ayahnya dengan nada sindiran yang kentara. Olivia yang mendengar itu bahkan terkejut.

"Manda, maafkan Ayah. Kamu tahu sendiri kan-"

"Kudengar Nenek sedang sakit. Itu benarkah? Semoga bisa sembuh lagi." Amanda, remaja tersebut berkata dengan sarkas pada ayahnya sendiri. Dia bahkan tak peduli sudah bersikap tak sopan pada ayahnya, dan ada yang menyaksikannya.

"Amanda, masuklah. Kita bicara di dalam." Arga terlihat malu dengan kelakuan anaknya tersebut dan mengajaknya untuk masuk ke dalam. Sedangkan Olivia hanya geleng-geleng kepala saja. Sepertinya, sikap anak Arga yang satu ini lebih dari dua anak Arga yang lain.

***

Jam menunjukkan pukul satu siang dan Arga ada pertemuan dengan salah satu kolega. Biasanya, Olivia akan menemani pria itu. Namun hari ini, Arga meminta Olivia untuk tetap di kantor saja dan menemani anaknya.

"Apa keadaan ayahku baik-baik saja selama ini?" Amanda, gadis itu bertanya pada Olivia yang duduk di sampingnya.

"Selama saya kerja, saya lihat keadaan Pak Arga selalu baik," jawab Olivia. Amanda manggut-manggut mendengar itu.

"Istri dan anak tirinya selalu datang ke sini kah?" Amanda bertanya lagi. Olivia terlihat kebingungan mendengar itu. Amanda pun berdecak pelan melihat reaksi Olivia barusan.

"Namamu siapa?" Amanda menegakkan tubuhnya dan bertanya pada Olivia.

"Olivia Salshabilla. Panggil saja Olivia," jawab Olivia.

"Baiklah, Kak Olivia. Kerja di sini sejak kapan?" tanya Amanda lagi.

"Lima tahun yang lalu."

"Ah, pantas saja. Berarti Kak Olivia belum tahu sejarah keluargaku," ujar Amanda. Olivia hanya tersenyum kecil mendengar itu karena bingung. Dan lagi, dia memang tak pernah mencari tahu tentang keluarga Arga. Yang dia ketahui hanya sedikit saja.

"Wanita tua itu dan dua anaknya adalah keluarga tiri bagiku. Karena mereka lah aku terpaksa harus tinggal di Singapura selama beberapa tahun. Memang keluarga setan."

Olivia membelalak kaget mendengar penuturan Amanda barusan. Jujur saja, dia memang baru tahu hal itu.

"Ibuku sudah meninggal dunia tujuh tahun yang lalu. Dan saat ibuku sakit keras, ayah malah menikahi nenek lampir itu. Memang sih itu semua ayah lakukan karena dipaksa oleh nenek. Tapi tetap saja aku benci mereka semua," ucap Amanda dengan perasaan benci luar biasa. Olivia pun hanya diam dan mendengarkan dengan seksama. Jujur saja, dia memang tidak tahu kalau Arga memiliki istri yang sudah meninggal dunia.

"Jadi, Bu Sarah itu ibu tiri Anda?" tanya Olivia. Amanda mengangguk sebagai jawaban.

"Dia seorang janda dengan dua anak saat dinikahi oleh ayahku. Dan mereka bertiga bersekongkol agar aku disingkirkan ke Singapura. Mereka ingin menguasai semua harta Ayah," jawab Amanda. Olivia tertegun mendengar itu. Ah, dia baru tahu kalau ternyata Arga hanya memiliki satu anak kandung. Sedangkan dua anak yang selalu datang ternyata anak tiri Arga.

"Aku sudah menyelesaikan S1-ku di Singapura. Jadi sekarang aku akan melanjutkan S2-ku di sini. Sekalian belajar bisnis agar perusahaan ini tidak jatuh pada anak-anak nenek lampir itu." Amanda berkata lagi. Olivia hanya manggut-manggut saja mendengar itu. Bingung harus memberikan respons seperti apa.

"Kak Olivia sendiri gimana? Udah nikah belum?" Amanda bertanya dengan akrab pada Olivia.

"Belum. Saya belum menikah," jawab Olivia disertai senyuman kecil.

"Kalau pacar punya?" tanya Amanda lagi. Olivia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tiga tahun yang lalu sempat tunangan. Tapi hubungan saya dengannya kandas karena dia memilih wanita lain," jawab Olivia, menceritakan sedikit tentang kisah cintanya yang kandas. Amanda melotot mendengar itu.

"Ya ampun. Kak Olivia yang secantik ini saja diselingkuhin? Wah, sudah pasti itu cowoknya titisan kodok zuma yang jeleknya minta ampun," ujar Amanda menggebu-gebu. Olivia tertawa pelan mendengar reaksi Amanda barusan.

"Anda bisa saja," ujar Olivia disertai kekehan geli. Amanda pun tertawa pelan seraya mengubah posisi duduknya. Dia lalu menatap Olivia lagi untuk beberapa saat.

"Kak Olivia, jangan bicara terlalu formal padaku. Santai saja," ujar Amanda.

"Saya tidak bisa. Takutnya nanti orang-orang mengira saya tidak sopan."

"Ck. Gausah dengerin omongan orang. Kalau ayah marah, biar aku saja yang bicara nanti. Aku ingin kita lebih akrab seperti teman." Amanda berujar lagi. Olivia menatapnya kemudian tersenyum sampai matanya tak terlihat.

Ah, dia sudah salah berprasangka. Ternyata, Amanda jauh lebih baik dibandingkan dengan anak-anak tiri Arga.

_____________________________________

Hai semuanya.

Bagaimana menurut kalian untuk bab permulaan ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya🥰🥰

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang