17. PERASAAN

382 68 42
                                    

Jangan lupa klik bintangnya🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa klik bintangnya🌟

Happy Reading!

"Gue gak punya pilihan selain nunjukkin siapa gue yang sebenarnya."

Jene menatap tajam ke arah Eros yang terus-terusan menggodanya sedari tadi.
Tangannya berhasil memukul lengan Eros dengan kesal.

"Berhenti gak?!"

Eros tertawa kecil. "Lo gak tau betapa kerennya lo saat bilang itu." Jene menghela napas, dagunya bertumpu pada telapak tangannya yang sedang beristirahat di meja.

Tadi, mereka berhenti di sebuah minimarket untuk membeli sesuatu yang bisa mengisi perut mereka yang kelaparan, hingga pada akhirnya keduanya berakhir memakan sebuah cup ramen. Toko itu masih sepi dan hanya ada satu pekerja disana. Saat ini masih sekitar pukul 5 pagi, belum banyak orang yang datang.

Eros duduk di seberang Jene, tersenyum saat melihat Jene menggembungkan pipinya. Terlihat sangat menggemaskan dimatanya.

"Oke, oke gue akan berhenti. Pipi lo udah merah gitu, takutnya nanti meledak." ujar Eros terkekeh sambil mengedipkan mata membuat Jene memutar matanya.

Jene kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Ia mengaduk ramen itu dengan tenang.

"Tapi sebagai gantinya, ayo kita bicarain tentang gimana lo pas cium gue tadi." Setelahnya Eros mengerang karena Jene menendang kakinya di bawah meja.

"Vanteros, lo nyebelin banget sumpah."

Eros tertawa lebih keras sekarang, kepalanya mendongak ke belakang. Lelaki itu sampai memegangi perutnya karena geli. Ia menggunakan ibu jarinya untuk menghapus air di sudut matanta dan melihat wajah Jene yang sudah seperti kepiting rebus. Semakin memerah dan lucu. Dan Eros benar-benar menikmati itu.

"Tapi serius, gue gak nyangka lo bakal lakuin itu di depan semua orang. Kita bener-bener ciuman di depan mereka semua." Senyum pria itu tak pernah pudah saat ia memiringkan kepalanya ke samping, menatap Jene yang sedang menelan suapan besar mie untuk menutupi pipinya yang merah.

"Gue lakuin itu buat nyelamatin lo, stupid! Gue denger dia itu masa lalu lo yang buruk, jadi gue gak tahan liat wajah lo yang merasa terganggu sama kehadirannya." ucap Jene, sambil mengunyah mie di mulutnya.

Eros terdiam mendengarnya, wajahnya menjadi murung saat mengingat kenangan itu. Ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan masa lalunya kepada Jene. Gadis itu tidak tahu betapa memalukan hal itu baginya.

Jene mengangkat alisnya memperhatikan perubahan suasana hati Eros yang tiba-tiba. Ia menghela napas, satu tangannya meraih tangan Eros yang ada di meja, memegangnya Erat untuk meyakinkannya.

"Gue gak akan tanya apapun tentang itu. Dan lo juga gak perlu jelasin semuanya." Jene tersenyum kecil sambil menatap pria didepannya.

Eros balas tersenyum, jujur saja ia merasa sedikit bersalah. "Thank you, Jene."

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang